ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT
HIPERTENSI
DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (KMB I)
Disusun Oleh :
Rahayu
Setianengsih (15037)
Rahmawati (15038)
Siti
Hariyanti (15040)
Sulistya Eka
Anggraini ( 15042)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sanjungkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi”. Selesainya pentyusun ini berkat bantuan dari berbagi pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih dan penghargaan
kepada yang terhormat :
1. Ibu Rusmawati Sitorus,
S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2. Ibu Ns. Ari Susiani, MKep selaku wali kelas
tingkat II dan mata ajar keperawatan medical bedah 1 Kardivaskular.
3. Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi
Keperawatan Harum Jakarta.
4. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih
kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta
pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif
demi perbaikan dimana mendatang. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih dan saya berharap agar makalh ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta , 16 November 2016
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
|
…………………………………………………………………
|
i
|
||||||||||
DAFTAR ISI
|
…………………………………………………………………
|
ii
|
||||||||||
BAB I PENDAHULUAN
|
|
|
||||||||||
A. Latar
Belakang
|
……………………………………………………………….
|
1
|
||||||||||
B. Tujuan
|
……………………………………………………………….
|
3
|
||||||||||
C. Sistematika
Penulisan
|
…………………………………………………………
|
4
|
||||||||||
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
|
|
|
||||||||||
A. Anatomi
Jantung
|
………………………………………………………………
|
5
|
||||||||||
B. Fisiologi
Jantung
|
………………………………………………………………
|
6
|
||||||||||
C. Pengertian
Hipertensi
|
…………………………………………………………..
|
7
|
||||||||||
D. Patofisiologi
Jantung
|
…………………………………………………………..
|
7
|
||||||||||
E. Penyebab
|
…………………………………………………………………
|
12
|
||||||||||
F. Manifestasi
Klinis
|
………………………………………………………………
|
16
|
||||||||||
G. Pemeriksaan
Diagnostik
|
………………………………………………………
|
17
|
||||||||||
H. Terapi
& Pengobatan Hipertensi
|
………………………………………………..
|
17
|
||||||||||
BAB III ASKEP
|
|
|
||||||||||
A. Pengkajian
|
……………………………………………………………………...
|
19
|
||||||||||
B. Diagnosa
Keperawatan
|
…………………………………………………………
|
21
|
||||||||||
C. Perencanaan
|
…………………………………………………………………..
|
22
|
||||||||||
D. Implementasi
|
…………………………………………………………………..
|
39
|
||||||||||
E. Evaluasi
|
……………………………………………………………………...
|
40
|
||||||||||
BAB IV PENUTUP
|
|
|
||||||||||
A. Kesimpulan
|
…………………………………………………………………….
|
42
|
||||||||||
B. Saran
|
……………………………………………………………………………
|
43
|
||||||||||
|
|
|
||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
|
|
||||||||||
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi di definisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal jantung. Disebut
sebagai “ pembunuh diam-diam” karena orang dengan dengan hipertensi sering
menampakkan gejala. Institute Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan
separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Sekitar
20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder), seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit
parenkhim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Darah
tinggi (Hypertension) merupakan peningkatan tekanan darah di atas normal saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Pengukuran tekanan darah bisa dilakukan
dengan alat yang berupa cuff air raksa (sphygomomanometer) ataupun alat digital
tensimeter. Normal tekanan darah seseorang adalah sekitar 120/80 mmHg yakni
dalam melkukan aktivitas sehari-hari. Umumnya tekanan darah akan menurun disaat
tidur serta akan meningkat diwaktu beraktivitas atau berolahraga. Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup
tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi
sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang
hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan
rutin atau datang dengan keluhan lain.
(Kemenkes, Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama mengenai beberapa Masalah Hipertensi di Indonesia.)
Pravalensi
Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat
yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan
salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung
dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga
gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara
tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan
lain. Demikian disampaikan Drijen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (PP dan PL), Kemenkes, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mengenai
beberapa Masalah Hipertensi di Indonesia. "Ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita
hipertensi" (Prof Tjandra Yoga)
Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
Untuk mengelola penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya, Kemenkes membuat kebijakan yaitu:
1. Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif
(skrining).
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
posbindu PTM.
3. Meningkatkan akses penderita
terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi
Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui
Peningkatan sumberdaya tenaga
kesehatan yang profesional dan kompenten
dalam upaya pengendalian PTM
khususnya tatalaksana PTM di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar seperti
Puskesmas; Peningkatan manajemen pelayanan
pengendalian PTM secara
komprehensif (terutama promotif dan
preventif) dan holistik; serta Peningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana
promotif-preventif, maupun sarana prasarana
diagnostik dan pengobatan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013
menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan pravelensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang
minum obat hipertensi. Ini menunjukkan 76% kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita
hipertensi, kata Prof Tjandra Yoga. Maka hipertensi harus segera dilakukan
tindakkan lebih lanjut agar tidak terjadi kegawatan seperti kerusakan organ,
dan komplikasi penyakit seperti kerusakan pada ginjal,
perdarahan selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak dan
kelumpuhan. Maka peran perawat sangat diutamakan dan peranannya sebagai promotif: yaitu memberikan pendidikan
kesehatan, yang kedua yaitu berperan sebagai preventif : perawat memberikan informasi pencegahan terhadap suatu masala yang
ketiga berperan sebagai kuratif : perawat diberikan pengobatan secara teratur
hasil kolaborasi dengan dokter, yang keempat berperan sebagai rehabilitatif :
perawat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit hipertensi. Dengan hal tersebut,
maka komplikasi berkesimpulan pentingnya
pemberian asuhan keperawatan dengan hipertensi.
B.
Tujuan Penulisan
a.
Tujuan Umum
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Sistem Kardiovaskuler
Asuhan Keperawatan dengan Hipertensi.
b.
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu
menjelaskan pengertian hipertensi.
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan
patofisiologi hipertensi.
3.
Mahasiswa mampu
menjelaskan penyebab hipertensi.
4.
Mahasiwa mampu
menjelaskan manifestasi klinis hipertensi.
5.
Mahasiwa mampu
menjelaskan pemeriksaan diagnostik hipertensi.
6.
Mahasiswa mampu
menjelaskan terapi dan pengobotan hipertensi
C.
Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa
mengetahui konsep dasar hipertensi.
2. Mahasiswa
mampu melakukan proses asuhan keperawatan dengan hipertensi.
D.
Metode
Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini untuk memperoleh referensi kelompok menggunakan sistem metode kepustakaan
dengan membaca, memahami, mempelajari buku-buku referensi yang terkait dalam
asuhan keperawatan dengan hipertensi, dan sumber lain.
E.
Ruang
Lingkup Penulisan
Ruang lingkup
penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang asuhan keperawatan dengan
hipertensi.
F.
Sistematika Penulisan
Bab
1: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat
Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Sistematika Penulisan
Bab2:
Anatomi jantung, Fisiologi jantung, Etiologi, patofisiologi,
Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik, Pengobatan.
Bab
3: Asuhan Keperawatan
Bab
4: Penutup, Saran, Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Anatomi Jantung
Jantung
adalah organ otot yang berongga yang berbentuk kerucut. Jangan terletak
dirongga toraks (dada) sehkitar garis tengah antara sternum (tulang dada)
disebelum anterior dan vertebra (tulang punggung) disebelah posterior. Jantung
memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang
disebut apeks didasar. Siklus jantung terdiri dari periode sistole (kontraksi
dan mengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan mengisian jantung). Atrium dan
ventrikel mengalami siklus sistole dan diastole yang terpisah. Kontraksi
terjadi akibat penyebaran eksitasi keseluruh jantung. Sedangkan relaksasi
timbul setelah repolarisasi otot jantung. Selama diastol ventrikel dini, atrium
juga masih berada dalam keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara
kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium melebihi tekanan
ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini
katup AV terbuka, dan darah mengalir langsung ke dalam atrium ke ventrikel
selama diastol ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel meningkat. Sedangkan
sebelum berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang
dan membentuk pontensial. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium
menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke dalam
ventrikel , sehingga menjadi peningkatan. Kurva tekanan atrium. Peningkatan
tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dan peningkatan atrium
disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium.
Selam kontraksi atrium, tekanan atrium sedikit lebih tinggi daripada tekanan
ventrikel.
Gambar 1.2
Komplikasi Hipertensi
(http://wiwithandayani1.blogspot.co.id/2013/12/penyakit-hipertensi.html)
B.
Fisiologi Jantung
Secara
fisiologis, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Kerja jantung melalui mekanisme
berulang dan terus menerus yang juga dikenal sebagai siklus jantung sehingga
secara visual melihat atau di kenal sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme
berselang, jantung berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan bersantai
untuk mengisi dengan darah. Dengan kata lain apabila fungsi jantung mengalami
gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama
ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang
memompa darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi
kelangsungan hidup.
C.
Pengertian
Hipertensi
Menurut Dedi Tedjaksukmana
mengatakan dalam buku keperawatan kardiologi dasar bahwa hipertensi adalah
kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg tekanan darah diastolic
lebih dari 90 mmHg yang menetap. Tekanan darah berasal dari mekanisme pompa
jantung yang mendorong sejumlah volume darah,dengan tekanan yang tinggi agar
darah sampai keseluruh organ tubuh melalui pembuluh darah. Jadi tingginya
tekanan darah ditentukan oleh sejumlah darahyang dipompakan jantung (curah
jantung) dan diameter pembuluh darah (resistensi perifer). Darah tinggi
(Hypertension) merupakan peningkatan tekanan darah di atas normal saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Pengukuran tekanan darah bisa dilakukan
dengan alat yang berupa cuff air raksa (sphygomomanometer) ataupun alat digital
tensimeter. Normal tekanan darah seseorang adalah sekitar 120/80 mmHg yakni
dalam melkukan aktivitas sehari-hari. Umumnya tekanan darah akan menurun disaat
tidur serta akan meningkat diwaktu beraktivitas atau berolahraga. Disebut
sebagai “ pembunuh diam-diam” karena orang dengan dengan hipertensi sering
menampakkan gejala. Institute Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan
separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Sekitar
20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya.
D.
Patofisiologi
Hipertensi
Menurut
referensi Nanda Nic-Noc mengatakan dalam buku rencana asuhan keperawatan
medikal bedah bahwa tekanan darah merupakan hasil interaksi antaraq curah
jantung (cardiac out put) dan derajat dilantasi atau konstriksi arteriola
(resistensi vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu
singkat oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri
utama, dan kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai
variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jantung,
kontraksi otot polos pada pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan tekanan
darah dalam batas normal. Baroreseptor dalam komponen kardiovaskular tekanan rendah, seperti vena, atrium dan
sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume
vascular. Penderita hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau
kedua komponen ini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular sistemik.
Hemodanik yang
khas dari hipertensi yang menetap bergantung pada tingginya tekanan arteri,
derajat kontruksi pembuluh darah, dan adanya pembesaran jantung. Hipertensi
sedang yang tidak disertai dengan pembesaran jantung memiliki curah jantung
normal. Namun demikian, terjadi peningkatan resistensi vaskula perifer dan
penurunan kecepatan ejeksi ventrikel kiri. Saat hipertensi bertambah berat dan
jantung mulai mengalami pembesaran, curah jantung mengalami penurunan secara
progresif meskipun belum terdapat tanda-tanda gejala jantung. Hal ini
disebabkan resistensi perifer sistemik semakin tinggi dan kecepatan ejeksi
ventrikel kiri semakin menurun.
Penurunan curah
jantung akan menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai organ tubuh, terutama
ginjal. Kondisi ini berdampak pada penurunan volume ekstrasel dan perfusi
ginjal yang berujung dengan iskemik ginjal. Penurunan perfusi ginjal ini akan
mengaktivitasi sitem renin angiotensin. renin yang dikeluarkan oleh ginjal ini
akan merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan angiotensinogen I (AI) yang
bersifat vasokonstriktor lemah. Adanya angiotensin I pada peredaran darah akan
memicu pengeluaran angiotensin converting enzyme (ACE) di endothelium pembuluh
paru. ACE ini kemudian akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (AII)
yang merupakan vasokonstriktor kuat sehingga berpengaruh pada sirkulasi tubuh
secara keseluruhan.
Selain sebagai
vasokonstriktor kuat, AII memiliki efek lain yang pada akhirnya meningkatkan
tekanan darah. Dampak yang ditimbulkan oleh AII antara lain hipertrofi jantung
dan pembuluh darah, stimulasi rasa haus , memicu produksi aldosterone dan anti-diuretic hormne (ADH).
menunjukkan bagaimana pembentukan AII
dan dampaknya terhadap sistem tubuh. Renin diekskresikan sebagai respons tubuh
terhadap beberapa kondisi di antaranya stimulasi sistem saraf simpatik,
hipotensi, dan penurunan asupan natrium. Kemudian renin akan menginduksi
angiotensinogen untuk berubah menjadi angiotensin I (AI). Angiotensin converting enzyme (ACE) yang dihasilkan oleh
endothelium pembuluh darah paru mengubah AI menjadi angiotensin II (AII)
Peningkatan
tekanan darah sebagai dampak dari adanya AII ini terjadi melalui dua cara utama
yaitu efek vasokonstriktor kuat dan perangsangan kelenjar adrenal.
1. Vasokonstriktor:
AII menyebabkan vasokonstriksi baik pada arteriol maupun vena. Konstriksi
arteriol akan meningkatkan tahanan perifer sehingga membutuhkan usaha jantung
lebih bessar dalam melakukan pemompaan. Sedangkan pada vena dampak
konstriksinya lemah, tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan aliran balik
darah vena ke jantung. Peningkatan aliran balik ini akan menyebabkan
peningkatan preload yang membantu jantung untuk melawan resistensi perifer.
2. Perangsangan
kelenjar endokrin: AII merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon
aldosterone. Hormone ini bekerja pada tubula distal nefron. dampak dari
keberadaan hormone aldosterone ini adalah peningkatan penyerapan kembali air
dan NaCl oleh tubulus distal nefron. hal ini akan mengurangi pengeluaran garam
dan air melalui ginjal. Kondisi ini membuat volume darah meningkat yang diikuti
pula dengan peningkatan tekanan darah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar tersebut menerangkan secara ringkas bagaimana
hipertensi terjadi dan reaksi tubuh terhadap hipertensi. Berat ringannya gejala
hipertensi sendiri sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak dan seberapa vital
organ yang terkena dampak dari penurunan perfusi darah akibat tingginya
resistensi sistemik tersebut. Dampak hipertensi tersebut adalah semakin
meningkatnya beban jantung sehingga dapat menimbulkan hipertofi jantung.
Kondisi hipertrofi ini menyebabkan penyempitan ruang jantung sehingga
menurunkan preload dan curah
jantung.jika jantung tidak mengompensasi lagi, maka terjadilah gagal jantung.
Sedangkan teknan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular akan
memengaruhi fungsi penglihatan. Bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,
penderita akan mengalami kebutaan. Penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari
resistensi sistemik ini, dapat menyebabkan kerusakan pada parenkim ginjal. jika
tidak segera ditangani, akan berakhir dengan gagal ginjal. Sebagai kondisi
patologik yang dapat memengaruhi seluruh organ tubuh. Penanganan hipertensi
yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Beberapa komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi ini antara lain retinopati hipertensi,
penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi serebrovaskular, dan
ensefalopati hipertensi.
E.
Penyebab
Hipertensi
penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua :
1. Hipertensi
esensial atau hipertensi perifer
Merupakan bagian
terbesar (90%) penyebabnya belum diketahui factor yang mempengaruhi seperti genetic,lingkungan,hiperaktivitas
susunan saraf simpatis system renin-anglotensin,defek dalam eksresi
na,peningkatan Na dan Ca intraseluler. Factor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas,alcohol,merokok serta polisitemia
2. Hipertensi
sekunder
Penyebab spesifiknya
diketahui:
a. Kelainan
ginjal
1. Glomerulonephiritis
akut.
Hipertensi
terjadi secara tiba-tiba dan memburuk dengan cepat. Jika tidak segera ditangani
maka dapat menyebabkan gagal jantung.
2. Syndrome
nefrotik
Penyakit ini
berlangsung lambat dan menimbulkan gejala klinis sindrom nefrotik seperti
proteinuria berat, hipoproteinemia dan edema yang berat.
3. Pielonefritis.
Terdapat kaitan
antara pielonefritis dan adanya hipertensi. Peradangan pada ginjal ini sering
disertai dengan kelainan struktur bawaan ginjal atau juga pada batu ginjal.
diagnosis klinis sering sukar ditegakkan. Namun demikian, terdapat keluhan yang
biasanya muncul yaitu nyeri pinggang, mudah lelah, dan rasa lemas pada badan.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya proteinuria, piura, dan
kadang-kadang disertai hematuria.
4. Kimmelt
Stiel-Wilason
Penyakit pada
ginjal ini merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus yang
berlangsung lama. Gejala yang timbul menyerupai glomerulonephritis kronis dapat
disertai dengan tekanan darah tinggi penyakit ini memiliki prognosis yang
buruk, penderita dapat meninggal akibat gangguan fungsi ginjal atau gagal
jantung.
5. Hipertensi
Renovaskular.
Hipertensi ini
disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis. Stenosis yang terjadi pada
arteri renalis ini memicu pengeluaran renin yang berlebihan. Meskipun kemudian
mengalami penurunana, namun kadarnya tidak akan mencapai tingkat terendah.
Selain itu terdapat pula penambahan volume cairan tubuh serta peningkatan curah
jantung.
b. Kelainan
hormone
1. Diabetes
mellitus
Tekanan darah
tinggi atau hipertensi merupakan kondisi yang sering mempengaruhi orang-orang
dengan penyakit diabetes mellitus tingkat 1 dan Tidak diketahui secara pasti,
mengapa diabetes menyebabkan tekanan darah tinggi. Tetapi secara umum obesitas,
tinggi lemak, tinggi sodium, dan minimnya aktifitas fisik telah diamsumsikan
sebagai penyebab hipertensi.
2. Pil
kb.
3. Phaeoromacyvoma
(tumor adrenal : release of excessive amounts of epinephrine dan
norepinephrine)
c. Kelainan
neurologi
1. Polineulitis
Adalah sejenis
polineuropati yang menyebabkan kelemahan otot yang semakin memburuk dan kadang
meyebabkan kelumpuhan.
2. Poliomyelitis
Adalah penyakit
virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi
penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan bernafas, kelumpuhanm
dan menyebabkan kematian.
d. Lain-lain
1. Obat-obatan
2. Preeklampsi
3. Koarktasio
aorta
4. Post
operative. Etiologi:efek CPB asokonstiksi dari hypothemia demam, cemas, nyeri, abnormal
ABG.
e. Klasifikasi
Bagan 2.1
tentang klasifikasi Hipertensi menurut Dedi Tedjasukmana dalam buku Keperawatan
Kardiologi Dasar.
Kategori
|
Sistolik
mmHg
|
Diastolic
mmHg
|
Optimal
|
<120
|
<80
|
Normal
|
<130
|
<85
|
High
normal
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi
Kategori
|
Sistolik
mmHg
|
Diastolik
mmHg
|
Derajat
I
|
140-159
|
Atau
90-99
|
Derajat II
|
160-179
|
Atau
100-109
|
Derajat
III
|
>180
|
Atau
>110
|
Keterangan :
a. Kategori
normal dapat diterima jika individu tersebut tidak mengonsumsi obat atau sedang
sakit.
-
Jika TD sistolik atau
diastolic jatuh ke kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. Misal : 160/92 diklasifikasikan sebagai hipertensi derajat
2: 174/120 diklasifikasikan sebagai hipertensi derajat 3.
b. Hipertensi
sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140 mmHg
dan tekanan darah diastolic <90mmHg.
-
Misal : tekanan darah
170/82 mmHg merupakan hipertensi sistolik terisolasi derajat 2
1. Borderline
hypertension : peningkatan tekanan darah yang intermiten dan diselingi dengan
tekanan darah yang normal. Pasien tetap mempunyai resiko utuh mendapatkan
penyakit
2. White
coat hypertension: pasien yang mempunyai tekanan darah normal kecuali ketika
pengukuran tekanan darah diambil oleh tenaga medic khususnya oleh dokter.
Penyebabnya diperkirakan karena takut
3. Malignant
hypertension: sindroma yang ditandai dengan peningkatan tekanan darh > 140
mmHg) dihubungkan dengan papilledema.aceelerated hypertension merupakan
sindroma yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dengan pendarahan dan
eksudat retina. Accelerated hypertension bisa berkembang menjadi malignant
hypertension jika tidak diatasi dengan baik
4. Benig
hypertension : merupakan hipertensi yang tidak kompleks biasanya terjadi lama
dengan derajat ringan sampai sedang. Benign hypertension bisa primer atau
sekunder
5. Krisis
hipertensi
a. Hipertensi
darurat ( hipertensi emergency)
Kondisi dimana
diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera ( tidak selalu diturunkan
sampai batas normal ) untuk mencegah dan membatasi kerusakan organ. Misalnya
pada ensefalopali hipertensif,pendarahan intracranial,infark miokand akut.
Tujuan :
menurunkan kurang lebih 25% (dalam hitungan menit sampai 2 jam) kemudian
mencapai 160/100 mmHg dalam 2-6jam guna menghindari iskemia ginjal, otak atau coroner. Obat yang biasa digunakan : sodium, nitroprusside, nikardipin, nitrogliserin, enalaprilat, hidralazin, diazokid, esmilol, feniolamin.
b. Hipertensi
mendesak (hipertensi urgency)
Kondisi dimana
penurunan tekanan darah harus dilakukan dalam beberapa jam misalnya pada
hipertensi dengan edema pada lempeng optic retina atau kompilkasi organ yang
progesif. Obat yang diberikan adalah dosis oral dengan mula kerja cepat.
Misalnya diuretic.
F.
Manifestasi
Klinis
Pada pemeriksaan
fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
( kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang
tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada biasanya
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler., dengan manifestasi yang khas sesuain
sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia dan azotemia dan kretinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transein yang termanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai
serangan iskemia, insidens infark mencapai 80%. Adapun komlplikasi dari
manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migraine, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan lelah, mukan
pucat suhu tubuh rendah.
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
Riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan
organ, seperti ginjal dan jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan
darah. Hipertropi vertical kiri dapat dijkaji dengan elektrokardiografi,
protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine dan peningkatan nitrogen urea.
Pemeriksaan khusus renogram, pielogram intervena, arteriogram, renal,
pemeriksaan fun gsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urine dapat juga
dilakukan untuk mengidentifikasikan pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya
faktor resiko lain juga harus dikaji dan di evaluasi.
H.
Terapi
dan Pengobatan Hipertensi
Tujuan
pengobatan hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas berhubungan
dengan tekanan darah yang tinggi. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmhg dan tekanan diastolik dibawah
90 mmhg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dilalui dengan modifikasi
gaya hidup atau dengan obat hipertensi.
1. Pengobatan
non farmakologi
Pengobatan non
farmakologi banyak disarankan sebagai terapi awal pada banyak pasien,
setidaknya untuk 3-6 bulan pertama setelah didiagnosa awal.
a. Pengurangan
asupan natrium.pengurangan natrium sekitar 1 sampai 2.5g atau 4 sampai 6 gram perhari.
b. Modifikasi
diet lemak, modifikasi diet lemak dengan cara menurunkan asupan lemak jenuh,
dan meningkatkan lemak tak jenuh ganda yang dapat menurunkan tekanan darah dan
akan menurunkan level kolekstrol.
c. Olahraga.
Olahraga aerobic atau isotonik yang teratur dapat memfasilitasi pengkondisian
kardiovaskuler, dan dapat menurunkan berat badan pada pasien hipertensi yang
obesitas.olahraga isometric yang berat seperti angkat berat dapat berbahaya,
tekanan darah sering meningkat pada level yang sangat tinggi karna vasovagal
refleks yang terjadi selama kontraksi isometric.
d. Pengurangan
asupan alkohol. Untuk yang sering minum harus melakukan pengurangan misalnya.
(kurang dari 1 sampai 2 onz wine, atau 24 onz bir.
e. Tekhnik
relaksasi. Macam-macam tekhnik relaksasi seperti yoga, psikoterapi telah
memperlihatkan penurunan tekanan darah arteri dalam waktu yang singkat.
f. Suplemen
magnesium. Terapi diuresis dapat menyebabkan hipomagnesemia.
2. Pengobatan
farmakologi.
a. Diuretik.
Contohnya : furosemide,spironolactone.
b. Vasodilator.
Contoh : sodium nitroprusside, nitroglycerin, hydralazine,enalaprilat.
c. ACE
inhibitor. Contoh : caatopril,enalapril, lisinopril.
d. Calcium
antagonist. Contoh : nifendipine, verapamil, diltiazem, nicardipine.
e. Alpha
adrenegic inhibitor. Contoh : prazosin hydrochioride.
f. Beta
blocker. Contoh : propanolol, metopronol, atenolol, labetalol.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
(Doenges Marilynn E)
a. Pengkajian Data Dasar
1. Aktivitas/istirahat
Gejala
: kelemahan,letih,napas pendek,gaya
hidup monoton
Tanda : 1. frekuensi jantung
meningkat.
2. Perubahan
irama jantung.
3. Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat
hipertensi,aterosklerosis,penyakit jantung koroner/ katub dan penyakit serebrovaskuler episode palpitasi,
perspirasi
Tanda
: kenaikan TD (pengukuran
serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis).
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat)
Nadi : denyut jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut,
spt denyut femoral melambat sebagai kompesasi denyutan radialis atau
brankialis, denyut popliteal, tibialis posteriol, tedalis tidak teraba atau
lemah.
Denyut Apikal : PMI kemungkinan bergeser
dan/ atau sangat kuat.
Frekuensi/Irama: takikardia, berbagai
distrimia.
Bunyi
jantung : terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4
( pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri)
Mur-mur stenosis valvular.
Desiran
vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis
arteri).
DVJ (distensi vena jugularis) (kongesti
vena).
Estermitas
: perubahan warna kulit suhu dingin (vasokontristis veriver), pengisian kapiler
mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi).
Kulit-pucat,
sianosis dan diaforesis (kongesti hipoksia) kemerahan (vekorsimatoma).
c. Makanan/cairan
Gejala : makanan
yang disukai yang dapat mencangkup makanan tinggi garam, tinggi lemak,tinggi
kolekstrol (spt,makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang berwarna
hitam : kandungan tinggi kalori.
Tanda
: berat badan normal atau obesitas.
Adanya
edema ( mungkin umum atau tertentu) konesti vena, DVJ: glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
abietik).
d. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipial
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh gangguan penglihatan
kabur episode epistaksis.
Tanda : status
mental perubahan keterjagaan orientasi, pola/isi bicara afek, proses pikir atau
memori (ingatan) .
Respon
motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam
perubahan-perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema,eksudat dan hemoragi
tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
e. Nyeri/ketidakyamanan
Gejala : angina
(penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung) nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah). Sakit kepala
oksipital berat seperti berat seperti yang berat pernah terjadi sebelumnya
nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
f. PERNAFASAN
Gejala : dispnea
yang berkaitan dengan aktivitas/kerja takipnea,ortopnea, dispnea nokturnal
paroksismal bantuk dengan/tanpa pembentukan sputum riwayat merokok.
Tanda : distres
respirasi/penggunaan otot aksesoris pernafasan bunyi napas tambahan
(krakles/mengi).
Sianosis.
g. Keamanan
Keluhan/gejala
: gangguan koordinasi/cara berjalan episode parestesiaunilateral
transien hipotensi
postural
h. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
faktor-faktor
resiko keluarga hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,diabetes melitus penyakit
serebrovaskuler/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik. Spt orang afrika-amerika,
asia tenggara. Pengunaan pil KB atau hormon lain penggunaan obat/alkohol
Pertimbangan: DRG menunjukan rerata
lamanya dirawat :4,2 hari
Rencana
pemulangan :
bantuan dengan pemantauan-diri TD perubahan dalam terapi obat.
B.
Diagnosa
Keperawatan.
Berdasarkan
dari data pengkajian diatas, diagnose untuk klien tersebut adalah
a. Resiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir yang meningkat,
vasokontruksi, iskemi miokard, hipertropi ventrikel kiri.
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan peningkatan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Gangguan
rasa nyaman : nyeri/sakit kepala berhungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
d. Gangguan
nutrisi melebihi kebutuhan tubuh berhungan dengan pemasukan berlebihan sehubung
dengan kebutuhan metabolik, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
e. Tidak
efektinya koping individu berhubungan dengan krisis situasional, perubahan
hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, kerja
berlebihan, persepsi tidak realistic.
f. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi informasi, menyangkal diagnose, keterbatasan
kognitif.
C.
Perencanaan.
(Doenges Marilynn E)
a. Diagnosa
keperawatan Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan beban
akhir yang meningkat, vasokontruksi, iskemi miokard, hipertropi ventrikel kiri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah resiko tinggi penurunan
curah jantung dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan TD/beban
kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Pantau
tekanan darah. ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan
ukuran manset tepat dan teknik yang akurat.
|
Perbandingan
dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada
orang dewasa sebagai peningkatan tekanan darah diastolic sampai 130,
dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi
sitolik juga merupakan faktor faktor
|
|
risiko yang ditentukan untuk penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik.
|
Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
|
Denyutan
karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati. Denyut pada
tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan
SVR) dan kongesti vena.
|
Auskultasi
tonus jantung dan bunyi nafas.
|
S4
umun terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium). Peningkatan S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengiindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
|
Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan mas pengisian kapiler.
|
Adanya
pucat dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung.
|
Catat
edema umum/tertentu.
|
Dapat
mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
|
Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
|
Membantu
untuk menurunkan rangsang meninggkat relaksasi.
|
Pertahankan
pembatasan aktivitas, seperti: istirahat di tempat tidur, jadwal periode
istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
|
Menurunkan
stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit
hipertensi.
|
Lakukan
tindakan-tindakan yang nyaman, seperti : pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala saat tidur.
|
Mengurangi
ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
|
Anjurkan
teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
|
dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan TD.
|
Pantau
respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
|
Respons
terhadap obat “stepedd” (yang terdiri atas deuretik, inhibitor simpatis dan
vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek
samping tersebut. Maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit
dan dosis paling rendah.
|
Kolaborasi :
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi, contoh :
Diuretik
tiazid, mis, klorotiazid. Hidroklorotiazid, bendriflumentiazid (naturetin)
|
Tiazid
mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD
pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretik ini
memperkuat agen –agen anthihipetensi lain dengan membatasi retensi cairan.
|
|
|
Diuretik
Loop, mis, furosemide (Lasix), asam etacrinic (Edecrin), bumetamid
|
Obat
ini menghasilkaqn diuresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium dan
klorida dan merupakan anthihipertensi efektif, khususnya pada pasien yang
resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal.
|
(Burmex)
|
|
Diuretix
hemat kalium, mis, spironolakton (Aldactone), triamterene (Dyrenium),
amilioride
|
Dapat
diberikan dalam kombinasi dengan diuretic tiazid untuk menimbulkan kehilangan
kalium.
|
Inhibator
simpatis, mis, proponalol (Inderal), metoprolol (Lopressor),
atenolol(terornim), nadolol (corgard),metidopa, reserpine, klonidin.
|
Kerja
khusus obat ini bervariasi, tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek
kombinasi penurunan tahanan total perifer, menurunkan curah jantung,
menghambat aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan renin.
|
b. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan peningkatan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
intoleransi aktivitas b/d kelemahan peningkatan ketidakseimbangan suplai dan
keburuhan oksigen dapat teratasi.
Kriteria
Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur.
Menunjukkan
penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
:
Kaji respons pasien
terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi
nadi lebih dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat,
peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 mmHg) dyspnea atau
nyeri dada keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaphoresis, pusing atau
pingsan.
|
Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila
ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas
|
intruksikan pasien
tentang teknik penghematan energy, mis, menggunakan kursi saat mandi, duduk
saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
|
Teknik menghemat
energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
|
Berikan dorongan
untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
|
Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
|
c. Gangguan
rasa nyaman : nyeri/sakit kepala berhungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah nyeri kepala b/d peningkatan tekanan vascular serebral
dapat teratasi.
Kriteria
Hasil : Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol.
Mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan.
Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Mempertahankan tirah
baring selama fase akut.
|
Menimimalkan stimulasi/meningkatkan
relaksasi.
|
Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis, kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik
relaksasi (panduan imajinasi, distraksi)dan aktivitas waktu senggang.
|
Tindakan yang
menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respons
simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
|
Hilangkan/minimalkan aktivitas
vasokontriksinya yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis., mengejan saat
BAB,
|
Aktivitas yang
meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningktan
tekanan vaskular serebral.
|
batuk panjang, membungkuk.
|
|
Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan.
|
Pusing dan
penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi postural.
|
Berikan cairan,
makanan lunak, peraawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan
hidung/kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
|
Meningkatkan
kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan
napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan
membrane mukosa.
|
Kolaborasi
Berikan sesuai
indikasi:
Analgesik:
|
Menurunkan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf simpatis
|
Antiansietas, mis.,
lorazepam (Ativan), diazepam (Valium).
|
Dapat mengurangi
tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
|
d. Gangguan
nutrisi melebihi kebutuhan tubuh b/d pemasukan berlebihan sehubung dengan
kebutuhan metabolik, keyakinan budaya pola hidup monoton.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan nutrisi melebihi kebutuhan
tubuh b/d pemasukan berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik masalah
dapat teratasi.
Kreteria hasi : Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
menunjukkan
perubahan pola makan ( miss, pilihan makanan, kuantitas dan sebagainya).
Mempertahankan
berat badan yang diinginkan dengan memeliharaan kesehatan optimal.
Melakukan
dan mempertahannkan program olahraga yang tepat secara individual.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
:
Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai
indikasi.
Tetapkan keinginan pasient
menurunkan berat badan.
Kaji ulang masukan
kalori harian dan pilihan diet.
Tetapkan rencana
penurunan berat badan yang realistik dengan pasient, miss.. penurunan berat
badan 0,5 kg perminggu.
Dorongan pasient untuk
mempertahankan pemasukkan makanan harian termasuk kapan, dan dimana makan
dilakukan dan lingkungan dan prasaan sekitar saat makanan dimakan.
Intruksikan dan bantu
milih makanan yang tepat hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan
kolekstrol.
|
Kegemukkan adalah
resiko tambahan pada tekanan darah
tinggi karena disproposi antara kapasitas aotra dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
Kesalahan kebiasaan
menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukkan, yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, mis, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung. Kelebihan
masukkan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak
ginjal. Yang lebih memperburuk adalah hipertensi.
Motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan
Mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan adalah dalam program diit terakhir membantu dalam
menentukan kebutuhan individu untuk menyesuaian/penyuluhan.
Penurunan masukkan
kalori seseorang sebanyak 500 kalori perhari secara teori dapat menurunkan
berat badan 0,5 kg/minggu. Penurunnan berat badan yang lambat
mengindikassikan kehilangan lemak memelalui kerja otot dan umumnya dengan
cara mengubah kebiasaan makan.
Memberi data dasar
keadekuatan nutrisiyang dimakan, dan kondisi emosi saat dimakan. Membantu
untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan.
Menghindari makanan
tinggi lemak jenuh dan kolekstrol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis.
|
e. Ketidakefektifan
koping individu berhubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup beragam,
relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, kerja berlebihan,
presepsi tidak realitik.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakkan keperawatan ketidak efektifan koping individu
berhubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, kerja berlebihan, presepsi tidak
realitic dapat teratasi.
Kreteria
hasil : mengidentifikasi perilaku koping efektifnya dan konsekuensinya.
menyatakan
kesadaran kemampuan koping dan kekuatan pribadi.
Menidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode
koping efektif.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
:
Kaji kefektifan
strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis, kemampuan menyatakan
perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Catat laporan
gangguan tidur, peningkatan keletihan kerusakan konsentrasi, peka
rangsang,penurunan konsentrasi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah.
Bantu pasien untuk
mengatasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Libatkan pasien untuk
rencana keperawatan dan berikan dorongan untuk berpartisipasi maksimum dalam
rencana pengobatan.
Dorongan pasien untuk
mengevaluasi priorotas atau tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “
apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
Bantu pasien untuk
mengidentifikasikan dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu
untuk menyesuaikan ketimbang untuk membatalkan tujuan diri/keluarga.
|
Mekanisme
adaktif perlu untuk mengubah pola
hidup seseorang, hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
Manifestasi mekanisme
koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan
diketahui menjadi penemu utama TD diastolik.
Pengenalan terhadap
stresor adalah langkah utama dalam mengubah respon seseorang terhadap
stresor.
Keterlibatan
memberikan pasien prasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen
terapeutik.
Fokus perhatian
pasien yang realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien
terhadap apa yang diinginkan terhadap etika kerja keras, kebutuhan untuk “kontrol”
dan fokus keluar dan dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal.
Perubahan yang perlu
diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya.
|
f. Kurangnya
pengetahuan untuk kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan informasin,
misininterplestasi informasi, menyangkal diagnose, keterbatasan kognitif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
kurangnya pengetahuan untuk kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan
informasin, misininterplestasi informasi, menyangkal diagnose, keterbatasan
kognitif masalah dapat teratasi.
Kreteria
hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan regimen pengobatan.
Mengidentifikasi
efeksamping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
Pertahankan hipertensi TD dalam parameter normal.
Tindakan / intervensi
|
Rasional
|
Kaji kesiapan dan
hambatan dalam belajar. Temasuk orang terdekat
|
Kesalahan konsep dan
menyangkal diagnosis karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien/oeang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
|
Tetapkan dan nyatakan
batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,ginjal dan otak
|
Memberikan dasar
untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah media yang
sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah
ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa
sehat.
|
Hindari mengatakan
TD” normal” dan gunakan istilah “ terkontrol dengan baik” saat mengambarkan
TD pasien dalam batas yang diingkinkan.
|
Karena pengobatan
untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan maka dengan penyampaian ide
“terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
|
Bantu pasien dalam
mengidentifikasi factor-faktor resiko kardovaskuler yang dapat diubah mis
obesitas diri tinggi lemak jenuh dan kolesterol,pola hidup monoton, merokok
dan minum alcohol (lebih dari 60cc/hari dengan teratur)pola hidup penuh
stress.
|
Factor-faktor resiko
telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler serta ginjal.
|
Atasi masalah dengan
pasien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat
dapat dibuat untuk mengurangi factor-faktor diatas.
|
Factor-faktor resiko
dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah
pola perilaku yang “ biasa/memberikan rasa aman” dapat sangat menyusahkan.
Dukungan petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam
menyelesaikan tugas ini.
|
Bahas pentingnya
menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti
merokok.
|
Nikotin meningkatkan
pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung,TD, dan
vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja
miokardium
|
Beri penguatan
pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian
tindak lanjut.
|
Kurangnya kerja sama
adalah alasan umum kegagalan. Oleh karena evaluasi yang berkelanjutan untuk
kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasila pengobatan. Terapi yang
efektif menurunkan insiden gagal jantung, gangguan ginjal dan kemungkinan IM
|
Intruksikan dan
peragakan untuk pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman
penglihatan dan keterampilan manual serta koordinasikan pasien
|
Dengan mengajarkan
pasien atau orang terdekat memantau TD adalah menyakinkan untuk pasien.
Memberikan pengobatan visual/positif.
|
Bantu pasien untuk
mengembangkan jadwal yang sederhana memudahkan untuk minum obat.
|
Dengan
mengidualisasikan jadwal pengobatan sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi
pasien memudahkan kerjasama dengan regimen jangka panjang
|
Jelaskan tentang obat
yang diresep bersamanan dengan rasional, dosis, efek samping yang
diperkirakan serta efek yang merugikan dan idiosinkrasi mis,
Diuretik: minum dosis
harian ( dosis yang lebih besar) pada pagi hari.
Ukur dan catat berat
badan sendiri pada jadwal teratur hindari/batasi masukan alcohol.
Beritahu dokter bila
tak dapat mentoleransi makanan atau cairan
Antihipertensi: minum
dosis yang resepkan pada jadwal teratur, hindari melalaikan dosis, mengubah
atau melebihi dosis dan jangan menghentikan tanpa memberi asuhan kesehatan
bangun dengan perlahan dan berbaring ke posisi berdiri, duduk untuk beberapa
menit sebelum berdiri. Tidur dengan kepala agak ditinggikan.
|
Informasi yang
adekuat dan pemahaman bahwa efek ( mis perubahan suasana hati, mulut kering)
adalah umum dan sering
Penjadwalan yang
menimbulkan berkemih
Indikator utama
keefektifan terapi diuretic.
Dehidrasi dapat
terjadi dengan cepat dan pasien terus diuretic.
Penghentian obat
mendadak
Ukur penurunan
keparahan hipotensi ortotatik yang hubungan dengan penggunaan vasodilator dan
diuretik
|
Sarankan untuk sering
mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring.
|
Menurunkan bendungan
vena perifer dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu
lama
|
Rekomdasikan untuk
menghindari mandi air panas, ruang penguapan dan penggunaan alcohol yang
berlebihan.
|
Mencegah vaodilatasi
yang tak perlu dengan bahaya samping yaitu pingsan dan hipotensi
|
Anjurkan pasien untuk
berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang
diresepkan atau tidak diresepkan .
|
Tindak kewaspadaan
penting dalam pencegahan obat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obat yang
mengandung stimulant saraf simpatis dapat meningkatkan atau dapat melawan
efek antihipersensitif
|
Instruksikan pasien
tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalium mis jeruk,
pisang,tomat,kentang dan minuman yang mengandung tinggi kalsium mis susu
rendah lemak, yogurt atau tambahan kalsium sesuai indikasi.
|
Diuretic dapat
menurunkan kadar kalium pengambilan lebih baik daripada obat dan semua ini
diperlukan memperbaiki kekurangan, beberapa penelitian bahwa mengkomsumsi
kalium 400-2000 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolic.
Kekurangan mineral dapat juga mempengaruhi TD.
|
Resiko
tanda-tanda/gejala-gejala yang memerlukan pelaporan pada pemberian asuhan
kesehatan, mis, sakit kepal yang terjadi saat bangun, peningkatan TD
tiba-tiba dan terus neberus nyeri dada/sesak napas. Frekuensi nadi
meningkat/tak teratur, peningkatan berat badan yang signifikan (1kg/hari atau
2,5kg/minggu) atau pembengkakan perifer abdomen , gangguan penglihatan , sering
pendarahan hidung tar terkontrol depresi/emosi labil, pusing yang hebat atau
episode pingsan kelemahan/kram ototmual/muntah , haus berlebihan, penurunan
libid0/impoten.
|
Deteksi dini
terjadinya komplikasi penurunan efektivitas atau reaksi yang merugikan dari
regimen atau obat memungkinkan untuk intervensi
|
Jelaskan rasional
regimen diit yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium, lemak jenuh dan
kolesterol).
|
Kelebihan lemak jenuh
kolestrol,natrium,alcohol dan kalori telah didentifikasikan sebagai risiko
nutrisi dalam hipertensi. Diet rendah lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh
menurunkan TD kemungkinan melalui keseimbangan postagladin pada orang-orang
normosentif dan hipertensi
|
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi sumber masukan natrium (mis garam meja,makanan bergaram
,daging dan keju olahan, saus kaleng dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG).
tekankan pentingnya membaca label kandungan makanan dan obat yang dijual
bebas
|
Diet rendah garam
selama 2 tahun memungkinkan sudah mencukupi untuk mengkontrol hipertensi
sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan
|
Dorong pasien untuk
menurunkan atau menghilangkan kafein mis, kopi,the,cola,coklat.
|
Kafein adalah
stimulus jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung.
|
Tekankan pentingnya
perencanaan/penyelesaian periode istirahat harian.
|
Dengan menyelingi
istirahat dan aktivitas akan meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas
|
Anjurkan pasien untuk
memantau respons fisiologi sendiri terhadap aktivitas ( mis frekuensi nadi,
sesak napas)laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas dan hentikan
aktivitas yang menyebabkan nyeri dada , sesak napas, pusing, keletihan berat
atau kelemahan.
|
Keterlibatan pasien
dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau
memodifikasi aktivitas kehupan sehari-hari
|
Dorong pasien untuk
membuat program olahraga”sendiri seperti olahraga serobik (berjalan,berenang)
yang pasien mampu lakukan . tekankan pentingnya menghidariaktivitas isometric.
|
Selain membantu
menurunkan TD aktivitas serobik merupakan alat menguatkan sitem
kardiovaskuler. Latihan isometric dapat meningkatkan kadar katekolamin serum,
akan lebih meningkatkan TD
|
Peragakan penerapan
kompres es pada punggung leher dan tekan pada sepertiga ujung hidung, dan
anjurkan pasien menundukan kepala ke depan bila terjadi pendarahan hidung.
|
Kapiler nasal dapat
rupture sebagai akibat dari tekanan vaskuler berlebihan. Dingin dan tekanan
mengkontriksikan kapiler yang melambatkan pendarahan, menundukan ke depan
menurunkan jumlah darah yang tertelan
|
Berikan informasi
tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat
perubahan pola hidup. Lakukan untuk rujukan bila ada indikasi
|
Sumber-sumber
dimasyarakat seperti yayasan jantung Indonesia “coronary club”, klinik
berhenti merokok rehabilitasi alcohol, program penurunan berat badan kelas
penanganan stress dan pelayanan
konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan
mempertahankan perubahan pola hidup
|
D.
Implementasi
(Doenges Marilynn E)
Tujuan
tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukkan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup dengan sehubungan
dengan terapi.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan
berat badan, pembatasan alcohol, natrium, dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(ria peroko) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85/95 mmHg
dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu diterapi obat-obatan.
Algoritma
penanganan tyang dikeluarkan Joint National On Detection, evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih kelompok obat
yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan penerimaan
serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan utama
diuretikka dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah
terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien mematuhi
regiment terapi yang diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadual terapi
obat-obatan yang rumit.
E.
Evaluasi (Brunner & Suddarth, 2002)
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan
perfusi jaringann yang adekuat.
a. Tekanan
darah dalam rentang yang dapat diterima dengan pengobatan terapi diet, dan
perubahan gaya hidup.
b. Tidak
menunjukkan gejala agnina, palpitasi atau penurunan penglihatan.
c. Kadar
BUN dan kreatinin serum stabil.
d. Teraba
denyut nadi ferifer,
2. Mematuhi
program asuhan dini
a. Meminum
obat sesuai resep dan melaporkan setiap ada efek samping.
b. Mematuhi
aturan diet sesuai yang dianjurkan :
pengurangan natrium,kolekstrol, dan kalori
c. Berlatih
secara teratur dan cukup
d. Mengukur
tekanan darahnya sendiri secara teratur.
e. Berhenti
mengkomsumsi tembakau, kafein, dan alkohol
f. Menepati
jadual kunjungan klinik atau dokter.
3. Bebas
dari komplikasi
a. Tidak
terjadi penurunan ketajaman penglihatan
b. Dasar
mata tidak memperlihatkan pedarahan retina
c. Kecepatan
dan irama denyut nadi dan kecepatan napas dalam batas normal.
d. Tidak
terjadi dipsnu dan edema
e. Menjaga
haluaran urine sesuai dengan pemasukkan cairan
f. Pemeriksaan
fungsi ginjal dalam batas normal
g. Tidak
memperlihatkan defisit motorik, bicara atau sensorik.
h. Tidak
mengalami sakit kepala, pusing atau perubahan cara berjalan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi di definisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
dan gagal jantung. Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua Hipertensi
esensial atau hipertensi perifer. Faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas,alcohol,merokok serta polisitemia. Hipertensi sekunder penyebab
spesifiknya diketahui: Kelainan ginjal, Kelainan hormone, Kelainan neurologi,
dan lain-lain. Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature,
yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.
Laporan Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood pressure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai
deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi. Hipertensi esensial biasanya
dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan
awal 50-an dan secara bertahap “menetap”. Pada suatu saat dapat juga terjadi
mendadak dan berat, perjalannanya dipercepat atau “maligna” yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Asuhan keperawatan pada penyakit
hipertensi yang utama adalah mengangkat diagnosa resiko tinggi penurunan curah
jantung berhubungan dengan beban akhir yang meningkat, vaskontruksi, iskemi
miokard, hipertropi ventrikel kiri karena di Indonesia mungkin banyak yang
terjadi pada hipertensi dengan diagnose tersebut.
B.
Saran.
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit
hipertensi ini dilakukan dengan menghindari penyebab di atas diperlukan
tindakan yang secara continue pada pasien dengan hipertensi.
Marilynn
E, Doengoes. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan. EGC : Jakarta
Nicnoc.
Nanda. 2015-2017. Rencana Asuhan
Keperawatan Medical-Bedah. EGC : Jakarta
Smeltzer
C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Http.
Depkes. Go. Id. Artikel/View/1909/Masalah-Hipertensi-di-Indonesia. 16.11 Wib,
Senin, 14-11-2016
Http.
Kesehatan.kaltimprov.go.id/berita-192-masalah-hipertensi-di-indonesia.html.
13.25, Rabu 3 November 2016.
0 komentar:
Posting Komentar