Senin, 12 Desember 2016

Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongesif




ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN  GANGGUAN GAGAL JANTUNG KONGESIF
Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah kardiovaskuler keperawatan medikal bedah 1

Disusun Oleh :
1.     Rahayu Setianengsih
2.     Rahmawati
3.     Siti Hariyanti
4.     Sulistya Eka Anggraini

  

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2015/2016




KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah KMB I Sistem Kardiovaskuler yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Gagal Jantung kongesif Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat:
1.     Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum  Jakarta.
2.     Ibu Ns. Ari Susiani, MKep selaku wali kelas tingkat II dan selaku dosen pembimbing mata ajar KMB I Sistem Kardiovaskuler yang telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusun makalah ini.
3.      Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
4.     Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.




                                                                                             Jakarta, 17  Oktober 2016 
  
                                                                                                               Kelompok II



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR   ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI                  ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    ..................................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan .....................................................................................................  3
C.     Manfaat Penulisa ..................................................................................................... 3
D.    Metode Penulisan ...................................................................................................  3
E.     Ruang Lingkup Penulisan........................................................................................ 3
F.      Sistematika Penulisan.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Anatomi Jantung ..................................................................................................... 3
B.     Fisiologi Jantung ..................................................................................................... 4
C.     Pengertian Gagal Jantung........................................................................................ 4
D.    Etiologi                ..................................................................................................... 6
E.     Patofisiologi        ....................................................................................................  7
F.      Manifestasi Klinis.................................................................................................... 8
G.    Komplikasi          .....................................................................................................  9
H.    Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................  9
I.       Pengobatan          ..................................................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian           ..................................................................................................... 18
B.     Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 20          
C.     Perencanaan/Intervensi............................................................................................ 22
D.    Evaluasi               ..................................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan         ..................................................................................................... 31
B.     Saran                   ..................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/ gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 144 orang (0,02%). Berdasarkan diagnosis/ gejala, estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu sebanyak 945 orang (0,1%). Peningkatan insiden penyakit jantung koroner berkaitan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang turut berperan dalam meningkatkan faktor risiko penyakit ini seperti kadar kolesterol lebih dari 200mg%, HDL kurang dari 35mg%, perokok aktif dan hipertensi.

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunya kontribusi untuk terjadinya gagal jantung sebesar 75% yang termasuk didalamnya bersamaan dengan penyakit gagal jantung koroner. Gagal jantung dengan sebab yang tidak diketahui sebanyak 20-30% kasus.
Prevalensi gagal jantung kronik diprediksi akan makin meningkat seiring dengan meningkatnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan iskemi terutama pada populasi usia lanjut. Insiden penyakit gagal jantung makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup pendudukan. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85 tahun ke atas.
Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap tahunnya (Yancy dkk., 2013). Angka kejadian gagal jantung pada populasi orang dewasa di negara-negara maju rata-rata adalah 2%. Angka kejadian gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan mempunyai nilai lebih besar 6-10% pada usia lebih dari 65 tahun. Angka kejadian gagal jantung lebih rendah pada wanita dibandingkan dengan pria, tetapi angka kejadian gagal jantung pada wanita paling tidak setengah dari kasus gagal jantung karena memiliki harapan hidup lebih lama (Mann, 2010). Orang kulit hitam memiliki risiko tertinggi untuk gagal jantung. Dalam studi Atherosclerosis Risk In Communities (ARIC), tingkat kejadian per 1.000 orang dalam setahun yaitu terendah pada wanita kulit putih dan tertinggi pada pria kulit hitam, dengan orang kulit hitam memiliki angka kematian dalam 5 tahun lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih. Prevalensi gagal jantung pada pria dan wanita kulit hitam non-Hispanik memiliki prevalensi masing-masing sebesar 4,5% dan 3,8%, sedangkan pada pria dan wanita kulit putih non-Hispanik masingmasing sebesar 2,7% dan 1,8 (Yancy dkk., 2013).
Saat ini diperkirakan hampir 5 juta penduduk di AS menderita gagal jantung, dengan 550.000 jumlah kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya. Disamping itu gagal jantung kronis juga menjadi penyebab 300.000 kematian setiap tahunnya. Lebih dari 34 milyar USD dibutuhkan setiap tahunnya untuk perawatan medis penderita gagal jantung kronis ini. Bahkan di Eropa diperkirakan membutuhkan sekitar 1% dari seluruh anggaran belanja kesehatan masyarakat. Pravealensi penyakit ini meningkat sesuai dengan usia, berkisar dari <1% pada usia <50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia >70 tahun. 

Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-fight. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (noreprinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah, noredrenalin juga dilepaskan ke saraf. Adrenalin dan noredrenalin adalah sistem pertahanan tubuh pertama muncul setiap kali terjadi stres mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curang jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. 
Adapun peran perawat dalam asuhan keperawatan gangguan gagal jantung kongesif, peran perawat adalah sebagai berikut:
1.      Promotif          : perawat berperan sebagai mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan pada penyakit gagal jantung kongesif. Contohnya pasien mendapatkan pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal jantung kongesif.
2.      Preventif         : perawat berperan sebagai pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit  yang berhubungan dengan penyakit gagal jantung kongesif. Contohnya perawat dapat memberikan informasi seperti menjaga makanan dengan baik.
3.      Kuratif            : perawat berperan sebagai pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas pasien dapat terjaga seoptimal mungkin. Contohnya perawat memberikan pengobatan secara teratur hasil kolaborasi dengan dokter.
4.      Rehabilitatif    : peran perawat sebagai untuk mengembalikan bekas pasien ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yag berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Contohnya perawat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit gagal jantug kongesif          

B.     Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum 
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Sistem Kardiovaskuler Asuhan Keperawatan dengan Gagal Jantung. 
b.      Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gagal jantung
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab gagal jantung
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi gagal jantung 
4.      Mahasiwa mampu menjelaskan manifestasi klinis gagal jantung
5.      Mahasiwa mampu menjelaskan data penunjang gagal jantung

C.    Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa mengetahui konsep dasar gagal jantung
2.      Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan dengan gagal jantung

D.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini untuk memperoleh refrensi kelompok menggunakan sistem metode kepustakaan dengan membaca, memehami, mempelajari buku-buku referensi yang terkait dalam asuhan keperawatan dengan gagal jantung, dan sumber lain.

E.     Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentangasuhan keperawatan dengan gagal jantung.

F.     Sistematika Penulisan 
Bab 1: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Sistematika Penulisan
Bab2: Anatomi jantung, Fisiologi jantung, Etiologi, patofisiologi, Manifestasi klinis, Komplikasi, Pemeriksaan penunjang, Pengobatan
Bab 3: Asuhan Keperawatan  
Bab 4: Penutup, Saran, Daftar Pustaka




BAB II
TINJAUAN TEORITIS
                                                                                                         
A.  Anatomi Jantung 
    Jantung adalah organ otot yang berongga yang berbentuk kerucut. Jangan terletak dirongga toraks (dada) sehkitar garis tengah antara sternum (tulang dada) disebelum anterior dan vertebra (tulang punggung) disebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks didasar. Siklus jantung terdiri dari periode sistole (kontraksi dan mengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan mengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistole dan diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi keseluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi otot jantung. Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini katup AV terbuka, dan darah mengalir langsung ke dalam atrium ke ventrikel selama diastol ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel meningkat. Sedangkan sebelum berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk pontensial. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel , sehingga menjadi peningkatan. Kurva tekanan atrium. Peningkatan tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dan peningkatan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel.

B.     Fisiologi Jantung
Secara fisiologis, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Kerja jantung melalui mekanisme berulang dan terus menerus yang juga dikenal sebagai siklus jantung sehingga secara visual melihat atau di kenal sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang, jantung berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan bersantai untuk mengisi dengan darah. Dengan kata lain apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompa darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. 

C.    Pengertian Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat (udjianti wayan juni,2011 : 163 ).  
Gagal jantung adalah ketidakmampuan  jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. ( brunner & suddarth,2011)
Gagal jantung adalah suatu kondisi ketidakcukupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, baik saat istirahat maupun aktivitas ( T.M Marelli,2007)
Jadi Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah  keseluiruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen atau metabolik tubuh, baik saat istirahat maupun aktivitas. 
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya sebagian fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung. Ada beberapa definisi gagal jantung, namun tidak ada satupun yang benar-benar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian normal. Definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ, melainkansuatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu bentuk respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal serta suatu keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhinya untuk meningkatkan tekanan pengisian. (Arif Muttaqin, 2009)

D.  Etiologi
Gagal jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan disfungsi miokard, gangguan pengisihan  atau peningkatkan kebutuhan metabolic. 
   Berdasarkan klasifikasi etiologi diatas dapat pula dikelompokan berdasarkan factor etiologi ekstena maupun interna. 
a.       Factor eksterna ( dari luar jantung ): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/berat
b.      Faktor interna ( dari dalam jantung ) : 
1.   Disfungsi katup : ventricular septum defect (VSD), atria septum defect (ASD), stenosis mitral dan insusfisiensi mitral. 
2.      Distritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi dan heart block 
3.      Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis,dan infark miokard. 
4.      Infeksi: endocarditis bacterial sub-akut.
              Penyebab gagal jantung kongestif , yaitu : kelainan otot jantung, ateroklerosis koroner, hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload), peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung lain, faktor sistemik. (brunner dan suddarth 2002).
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari gejala jenis penyakit jantung kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi: regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati. Selain dari ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada faktor-faktor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa. (Arif Muttaqin, 2009)

E.     Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat. Dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya terjadilah gagal jantung. Juga pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan. Jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan, respons fisiologis tertentu pada penurunan curah adalah penting. Semua respons ini menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal. 
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada 3 mekaniseme respon primer 
a.       meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis 
b.      meningkatnya beban awal akibat aktivitas neurohormon
c.       hipertrofi ventrikel 
Ketika respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung, mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Akan tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja ( tekanan atau volume ) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban volume jantung atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih banyak semenit sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kelainan yang meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunya kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard ). Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab (berkompensasi) seperti bila jantung menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan. 

F.     Manisfestasi Klinis (Brunner & suddarth, 2002)
1.      Gagal jantung kiri : 
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Manifestasi klinis yang terjadi : 
a.       Dipsnu 
Terjadi akibat menimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukarang gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Poroksimal Noktural Dispnea ( PND) 
1.      Batuk 
2.      Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil metabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distres pernafasan dan batuk. 
b.      Kegelisahan dan kecemasan 
Terjadi akibat oksigenisasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. 
            2. Gagal Jantung Kanan
a.       Kongesif jaringan perifer dan viseral
b.   Edema ekstiminas bawah ( Edema dependen, biasanya edema pitting, penambahan berat badan )
c.  Hematomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena dihepar
d.      Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis dalam rongga abdomen
e.       Nokturia 
f.       Kelemahan

G.    Komplikasi (sumber)
Komplikasi dapat berupa :
a.       Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialisi untuk pengobatan. 
b.      Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung 
c.       Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menetapkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik
d.      Serangan jantung dan stroke 
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada jantung normal, maka semakin besar kemungkinan anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan resiko terkena serangan jantung atau stoke. 

H.    Pemeriksaan Penunjang ( marlynn E Doenges,2002)
EKG: Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, dan kerusakan mungkin terlihat. Distritmia, mis takikardia, fibrilasi atrial mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih infark miokard menunjukan adanya anuerisme ventrikuler (dapat menyebabkan gagal/disfungsi jantung).                        
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple): Dapat menunjukan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikuler.
Skan jantung: (Multigated acquisition [MUGA]): tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kir, dan stenosis katup dan insufisiensi.juga dapat mengkaji patensi fraksi/perubahan kontraktilitas.
Rongent dada: Dapat menunjukan pebesaran jantung,bayangan mencerminkan dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencermnkan peningkatan tekanan pulmona. kontur abnormal, mis., bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat menunjukan aneurisme ventrikel.
Enzim hepar: Meningkat dalam gagal/komgesti ginjal/kongesti hepar.
Elektrolit: Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunanfungsi ginjal, terapi direutik.
Oksimetri nadi: Situasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut membentuk PPOM atau GJK kronis.
AGD: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis rspiratorik ringan ( dini ) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 ( akhir ) 
BUN, kreatinin: Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
Albumin/transferin serum: Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
HSD: Mungkin menunjukan anemia, polisitemia, atau perubahan kepekatan menandakan retensi air. SDP mungkin meningkat, mencerminkan MI baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi dan infeksius lain.
Kecepatan sedimentasi (ESR): Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut.
Pemeriksaan tiroid: Penigkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid sebagai pre-penoetus GJK.
     Aktivasi peptida natriuretic atrial (PNA) dalam mengatur homeostasis tekanan darah

Hipertrofi Ventrikel
Respons terhadap kegagalan jantung lainnya adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium, bergantung pada jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial.
Pada terjadinya hipertrofi ventrikel secara fungsional merupakan respons secara remodeling di mana pada jantung terjadi sebagai respons terhadap berbagai macam rangsangan patofisiologis. Rangsangan tersebut antara lain disebabkan hal dibawah ini:
1.      Overload Tekanan
Overload tekanan, misalnya hipertensi dan stenosis aorta. Remodeling jantung terbentuk pada keadaan ini dengan tujuan agar ventrikel kiri dapat menghasilkan tekanan tinggi yang dapat dibutuhkan untuk mengatasi peningkatan impedansi aliran. Remodelling dapat tercapai dengan peningkatan jumlah miofibil paralel, yang kemudian menyebabkan peningkatan ketebalan dinding ventrikel. Dengan demikian dapat ditimbulkan ketegangan dinding dan tekanan intraventrikel yang lebih besar oleh tiap miofibril dengan mengembangkan ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Jadi, overload tekanan menyebabkan peningkatan keteblan dinding ventrikel kiri yang biasanya disebut hipertrofi konsentrik. 
2.  Overload volume, misalnya keadaan curah jantung yang tinggi. Seperti pada penyakit Paget, beri-beri, anemia, regurgitasi katup, dan pirau intrakardiak. Remodeling jantung terjadi agar dapat dihasilkan isi sekuncup yang besar. Tiap sarkomer mempunyai jarak pemendakan puncak yang terbatas, sehingga peningkatan isi sekuncup dicapai dengan peningkatan jumlah sarkomer seri, yang akan menyebabkan peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan intraventrikel yang sama sehingga membutuhkan peningkatan jumlah miofibril paralel. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri. Jadi overload volume menyebabkan pelebaran ruang dan hipertrofi eksentrik. Remodeling dapat tercapai dengan peningkatan jumlah miofibril paralel, yang kemudian menyebabkan peningkatan ketebalan dinding ventrikel. Dengan demikian dapat ditimbulkan ketegangan dinding dan tekanan intraventrikel yang lebih besar oleh tiap miofibril dengan mengembangkan ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Jadi overload tekanan menyebabkan peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri, yang biasanya disebut hipertrofi konsentrik. 

I.       Pengobatan ( Brunner & suddarth,2002)
a.       Glikosida jantung 
Digitalis, meningkatkan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung
Efek jantung yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema 
b. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatrimeadan hipokalemia
c. Terapi Vasolitator 
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
c.   Diet 
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian (Marlynn E Doenges,2002)
1.      Aktivitas/ istirahat
a.       Gejala
                        Kelebihan/ kelelahan terus menurus sepanjang hari
                        Insomnia 
                        Nyeri dada dengan aktivitas 
                        Dispnea pada istirahat atau pada pergerahan tenaga
b.      Tanda
Gelisah 
Perubahan status mental, misalnya latergi
2.      Sirkulasi
a.       Gejala
Riwayat hipertensi, Infark miokard baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok septik.
Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen,”sabuk terlalu ketat” (pada gagal bagian kanan).
b.      Tanda
TD : mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronis); atau tinggi (kelebihan beban cairan/peningkatan TVS)
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup.
Frekuensi jantung : takikardia ( gagal jantung kiri)
Irama jantung : distrimia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur/takikardia, blok jantung.
Nadi apikal : PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri.
Bunyi jantung : S3 (gallop) adalah diagnostik ; S4 dapat terjadi; S1 dan S2 mungkin melemah. 
murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi.
Nadi : nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi; nadi sentral 
Warna : kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
Hepar : pembesaran/ dapat teraba, refleks hepatojugularis
Bunyi napas : krekels, ronki
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada ektremitas; DVJ. 
3.      Integritas EGO
a.       Gejala
Ansietas, kuatir, takut
Stres yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b.      Tanda
Berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung 
4.      Eliminasi
a.       Gejala
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap
Berkemih malam hari (nokturia)
Diare/ berkonstipasi
5.      Makanan/ cairan 
a.       Gejala : kehilangan napsu makan
Mau/muntah
 Penambahan berat badan signifikan
 Pembengkakan pada ektreminas bawah
             Pakaian/sepatu terasa sesak
              Diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan kafein 
                  Penggunaan diuretik
b.      Tanda : penambahan berat badan cepat
             Distensi abdomen (asites); edema (umumnya, dependen, tekanan,    pitting 
6.      Higiene
a.       Gejala
Kelemahan, pening, episode pingsan
b.      Tanda
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7.      Neurosensori
a.       Gejala
Kelemahan, pening, episode pingsan
b.      Tanda
Latergi, kusut pikir, disorientasi
Perubahan perilaku, mudah tersinggung
8.      Nyeri/ kenyamanan
a.       Gejala
Nyeri dada, angina akut atau kronis 
Nyeri abdomen kanan atas (AkaA)
Sakit pada otot
b.      Tanda
Tidak tenang, gelisah
Fokus menyempit (menarik diri) 
Perilaku melindungi diri
9.      Pernapasan
a.       Gejala
Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
Riwayat penyakit paru kronis 
Pengguanaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi
b.      Tanda
Pernapasan : takipnea, napas dangkal, pernapasan labored; penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal faring
Batuk : kering/nyaring/ nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/ tanda pembentukan sputum 
Sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal).
Bunyi napas: mungkin tidak terdengar, dengan krakles bersilar.
Fungsi mental : mungkin menurun;letargi;kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
10.  Keamanaan
a.       Gejala : perubahan dalam fungsi mental
Kehilangan kekuatan/tonus otot 
Kulit lecet
11.  Interaksi sosial
a.       Gejala
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan 
12.  Pembelajaran/ pengajaran 
a.       Gejala
Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya penyekat saluran kalsium
b.      Tanda
Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan
c.       Pertimbangan rencana 
Pemulangan : DRG menunjukan rerata lamanya di rawat : 8,2 hari
Bantuan untuk berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas pemeliharaan/ pengaturan rumah
Perubahan dalam terapi/penggunaan obat
Perubahan dalam tatanan fisik rumah.

B.     Diagnosis Keperawatan (Arif Muttaqin)
Berdasarkan patofisiologi dan dari pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien gagal jantung adalah sebagai berikut:
1.  Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2.  Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium, perubahan metabolism, dan peningkatan produksi asam laktat.
3.     Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
4.  Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
5.  Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kaplier alveoli, dan retensi cairan interstisial.
6.    Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.

C.    Rencana/Intervensi Keperawatan (Arif Muttaqin)
Tujuan utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi risiko penurunan curah jantung, meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah pemahaman terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan dini, dan mencegah komplikasi.
1.      Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung seperti parameter hemodinamik dalam batas normal, keluaran urine adekuat).
Kriteria: klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung,tekanan darah dalam batas normal.

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.
Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
Periksa keadaan klien dengan mengauskultasi nadi apikal; kaji frekuensi, irama jantung.
Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat untuk mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel, KAP, PAT, MAT, PVC, dan AF disritmia umum berkenaan dengan GJK meskipun lainnya  juga terjadi.
Catat bunyi jantung.
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral.
Palpasi nadi perifer.
Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan pulsus alteran (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.
Pantau adanya keluaran urine, catat keluaran dan kepekatan/konsentrasi urine.
Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium, keluaran urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
Kaji perubahan pada sensori, contoh latergi, bingung disorientasi, cemas, dan depresi.
Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi.
Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen miokard dan kerja berlebihan. 

Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang: menjelaskan manajemen medic/keperawatan; membantu pasien menghindari situasi stress, mendengar/berespons terhadap ekspresi perasaan/takut.
Stress emosi meghasilkan vasokonstriksi, yang meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.

Berikan obat sesuai indikasi
Direutik, contoh furosemide (Lasix); asam etakrinik (Edecrin); bumetanid (Burnex); spironolakton (Aldakton) Vasodilator, contoh nitrat (Nitro-dur, isodril); arteriodilator, contoh hidralazin (Apresoline); kombinasi obat, contoh prazosin (Minippres), Digoksin (Lanoxin).
Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.


2.      Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium, perubahan metabolism, dan peningkatan produksi asam laktat.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri dada. 
Kriteria: Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada. Secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600 ml/hari.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya.
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
1.      Atur posisi fisiologis.


Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
2.      Istirahatkan klien.
Istirahatkan akan menurunkan kebutuhan Objaringan perifer, sehingga kebutuhan miokardium menurun dan akan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan ketidaknyamanan sampai dengan iskemia.
3.      Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi.                                         
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidak nyamanan sampai dengan iskemia.
4.      Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
5.      Ajarkan teknik relaksasi pada saat nyeri.
Meningkatkan asupan O sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
6.      Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorlin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan perepsi nyeri.
7.      Lakukan manajemen sentuhan.
Manajemen sentuhan padasaat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurukan nyeri.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina.
Obat-obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Antiangina (nitrogliserin)
Nitrat berguna untuk control nyeri dengan efek vasodilatasi koroner.
Analgesik, morfin 2-5 mg intravena
Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard.

 
3.  Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
Tujuan: Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria: Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat frekuensi jantung; irama; dan perubahan TD, selama dan sesudah aktivitas.
Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan adanya penurunan oksigen miokard.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, missal; mengejan saat defekasi.
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan   takikardia, serta peningkatan TD.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.
Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
Berikan diuretik, contoh : furosemide, sprinolakton dan hidronolakton
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan dijaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya edema 
Pantau data laboratorium, elektrolit kalium 
Hipokalimia dapat membatasi keefektivitas terapi

D.    Penatalaksanaan (Brunner&Suddarth,2002)
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut
1.      Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2.      Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis 
3.      Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik. Penyebab gagal jantung adalah ditrimia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, rupture miokard. Dari beberapa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja jantung meningkat lalu otomatis akan menyebabkan beban kerja jantung meningkat lalu otomatis akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal pompa jantung kanan dan kiri dan akan menimbulkan masalah-masalah keperawatan.
Manisfestasi klinis pada gagal jantung terdapat dua bagian yang pertama pada gagal jantung pompa jantung kiri (dispnu, batuk, kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang kedua gagal pompa jantung kanan (kongesif jaringan perifer dan visceral, edema ekstrimitas bawah (edema dependen, biasanya edema pitting, penambahan berat badan, hematomgali.
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar, anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan stats vena dalam rongga abdomen, nokturia, kelemahan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada gagal jantung seperti elektro kardiogram (EKG), Scan jantung, Sonogram (ekocardiogra, ekokardiogram dopple), kateterisasi jantung, enzim hepar, rongent dada, elektrolit, oksimetri nadi, analisa gas darah (AGD), blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin, pemeriksaan tiroid. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan seperti terapi farmakologi.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah serangan jantung dan stroke, masalah katup jantung, kerusakan hati, kerusakan atau kegagalan ginjal. 

B.     Saran
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung kongestif ini dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat enaknya saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Abata. Qorry Aina. 2014. Ilmu penyakit dalam. Yayasan PP Al-furqon.
Brunner & suddarth. 1997.Buku Ajar Kperawatan  Medikal Bedah.Edisi 8. EGC, Jakarta. 
Doenges E. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,EKC, Jakarta.
Engram, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. EGC, Jakarta.
Udjianti, Wayan Juni. 2010. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika. 

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

0 komentar:

Posting Komentar