Senin, 12 Desember 2016

Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan Eliminasi Urine


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa.Batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan terbentuknya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang yang meliputi herediter, umur, jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya yang meliputi geografi, iklim dan temperature, asupan air,diet, dan pekerjaan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang terbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urine. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak parirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam vertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Efek ginjal tidak berfungsi atau terganggu maka terjadi kebocoran protein melalui unit penyaring ginjal (nefron). Pada urine ditemukan protein bahkan albumin yang memiliki berat molekul besar. Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama pada penyakit hipertensi akan menyebabkan ginjal harus bekerja keras dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya terganggunya fungsi ginjal pada mekanisme pengaturan tekanan darah juga dapat menyebabkan hipertensi

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
2.      Bagaimana diagnosa pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
3.      Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
4.      Bagaimana implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
5.      Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
6.      Bagaimana pendokumentasian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?

C.        Tujuan
  1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.

  1. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
b.    Mahasiswa mampu melakukan menentukan diagnose pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
c.    Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
d.   Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
e.    Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan yang telah disusun pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
f.     Mahasiswa mampu melakukan penyusunan pendokumentasian hasil Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.

D.    Ruang Lingkup
Sesuai dengan waktu yang telah di tentukan dan disesuaikan dengan tempat praktek yang ada serta kemampuan penulisan, maka dalam hal ini penulisan membatasi lingkup bahasanya pada kasus “Asuhan Keperawatan Pada Tn.B dengan dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal L.08 Blok B kamar 805 di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara” dari tanggal 15 Juni 2016 sampai 17 Juni 2016.

E.     Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kasus dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang Asuhan Keperawatan Tn.B.
Langkah-langkah yang dilakukan yang dilakukan dan metode yang digunakan dalam penulisan makalah sebagai berikut :
1.      Studi Kepustakaan, untuk memperoleh dasar ilmiah yang berhubungan dengan kasus Gagal Ginjal yaitu mempelajari buku-buku keperawatan, kedokteran serta situs internet sebagai sumber untuk mendapatkan keterangan dan dasar teoritas berhubungan dengan masalah yang terjadi.
2.      Mengadakan wawancara dan observasi dengan pengamatan langsung terhadap klien dengan kasus batu ginjal, perawat ruangan untuk memepereoleh data yang lebih jelas dan lengket secarta akurat
3.      Observasi secara tidak langsung dengan melihat catatan medis ( status klien). Laporan pemeriksaan, dan informasi dari perawat ruangan.
4.      Studi dokumentasi, dengan mempelajari catatn mempelajari catatan keperaawtan, status klien, dan catatan medis.

F.     Sistematika Penulisan
Penulisan membuat sistematika penulisan dengan cara membaginya kedalam 5 bab dimana masing-masing mempunyai kaitan satu saa lain secara sistematika yaitu sebagai berikut 
BAB I Pendahuluan terdiri dari : dalam bab ini atas latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematik penulisan.
BAB II Tinjauan Teori : dalam bab ini terdiri atas konsep dasar eliminasi urine, pengertian, proses berkemih, pemeriksaan diagnostic, pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus : meliputi penerapan proses keperawatan dari mulai pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV Pembahasan : yang membahas tentang kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang di dapat pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasin Urine yaitu Batu Ginjal.
BAB V Penutup : bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Konsep Eliminasi Urine
1.        Pengertian 
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a.       Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia.
b.      Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine taupun bowel feses.
c.    Ambarwati  (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi alvi.

B.       Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra.

1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih satu juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2.      Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan jaringan otot yang paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.

C.     Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine kebagian luar tubuh.

C.    Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.

Komposisi urine :
1.      Air (96%)
2.      Larutan (4%)
a.       Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b.      Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.

D.   Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine.
A. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

B. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

C.  Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.

D.  Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

E.   Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

F.   Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia, kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.

G.  Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.

H.  Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

I.     Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.

J.     Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

K.  Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.


L. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah  urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

E.    Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

F.    Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
  1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine.

Tanda-tanda klinis pada retensi :
a.       Ketidaknyamanan daerah pubis
b.      Distensi vesika urinaria
c.       Ketidaksanggupan untuk berkemih
d.      Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e.       Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f.       Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
g.      Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebabnya yaitu :
a.       Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b.      Trauma sumsum tulang belakang
c.       Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d.      Sfingter yang kuat
e.       Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2.    Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu : proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :

a.       Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyababnya yaitu :
a.       Penurunan kapasitas kandung kemih
b.      Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluran kemih.
c.       Minum alkohol atau kafein
d.      Peningkatan cairan
e.       Peningkatan konsentrasi urine
f.       Distensi kamdung kemih yang berlebihan

Tanda-tanda inkontinensia dorongan :
a.        Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Spasme kandung kemih.

b.      Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebabnya adalah :
a.       Disfungsi neurologis
b.      Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
c.       Trauma atau penyakit yang memengaruhi saraf medula spinalis
d.      Fistula
e.       Neuropati

Tanda-tanda inkontinensia total :
a.       Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b.      Tidak ada distensi kandung kemih
c.       Nokturia
d.      Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

c.       Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebanya adalah :    
a.       Tekanan intra abdomen tinggi (obesitas)
b.      Distensi kandung kemih
c.       Otot pelvis dan struktur penunjang lemah

Tanda-tanda inkontinensia stres :
a.        Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
b.        Adanya dorongan berkemih
c.        Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)

d.      Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.

Kemungkinan penyebab :
a.       Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia refleks :
a.       Tidak ada dorongan untuk berkemih
b.      Merasa bahwa kandung kemih penuh
c.       Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur

e.       Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebab :
a.   Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia fungsional :
a.       Adanya dorongan untuk berkemih
b.      Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine

3.      Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a.       Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b.      Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c.       Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
d.      Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
e.       Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f.       Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g.      Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.
  
4.      Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.

G.   Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1.      Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres atau hamil.

2.       Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka.

3.      Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.

4.       Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.

5.      Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.

H.           Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine.
A.       Pengkajian Keperawatan.
1.      Kebiasaan berkemih 
Pengkajian ini meliputo bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
2.      Pola berkemih meliputi
a.    Frekuensi berkemih.
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam. 
b.    Urgensi.
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang sering ketoilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
c.    Disturia.
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkmih.
d.   Poliuria.
Keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
e.    Urinaria Supresi.
Keadaan produksi urine yang berhenti secara mendadak. Secara normal, produksi urine oleh ginjal pada orang dewasa memiliki kecepatan 60-120ml/jam (720-1440ml/hari)
f.     Volume urine. 
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam. Berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan :
No
Usia
Jumlah/hari
1
1 hari – 2hari
15-600ml
2
3 hari – 10 hari
100-300ml
3
10 hari – 2 bulan
250-400ml
4
2 bulan – 1 tahun
400-500ml
5
1-3 tahun
500-600ml
6
3-5 tahun
600-700ml
7
5-8 tahun
700-1000ml
8
8-14 tahun
800-1400ml
9.
14 tahun – dewasa
1500ml
10.
Dewasa tua
Kurang lebih 1500ml

g.    Faktor yang memengaruhi kebiasaan buang air kecil :
h.    Diet.
i.      Gaya hidup.
j.      Tingkat aktivitas.
k.    Stress psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
l.      Keadaan urine, meliputi :
No
Keadaan
Normal
Interpretasi
1.
Warna
Kekuning-kuningan 
Urine berwarna orange gelap menun jukkan adanya pengaruh obat, sedangkan warna merah dan kuning kecoklatan mengidentifikasikan adanya penyakit.
2
Bau
Aromatic
Bau menyengat merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi/penggunaan obat tertentu.
3
Berat jenis
1.010-1.030
Menunjukkan adanya konsentrasi urine.
4.
kejernihan
Terang dan transparan
Adanya kekeruhan karena mukus.
5.
PH
Sedikit asam (4,5-7,5)
Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa
6.
Protein 
Molekul protein yang besar seperti : albumin, hitrogten, globulin tidak dapat disaring melalui ginjal urine.
Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa, pada kondisi kerusakan ginjal, molekul tersebut dapat melewati saringan masuk ke urine.
7.
Darah 
Tak tampak jelas. 
Hematuria menunjukkan trauma atau penyakit pada saluran kemih bagiabn bawah.
8.
Glukosa 
Adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara.
Apabila menetap terjadi pada pasien diabetes mellitus.

m.  Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia ujrine, enuresis dll.

B.       Diagnosis Keperawatan
1.      Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
a.    Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomaly saluran urinaria.
b.    Penurunan kapasitas/iritasi kandung kemih akibat penyakit.
c.    Kerusakan pada saluran kemih.
d.   Efek pembedahan saluran kemih.
e.    Hambatan lingkungan ke kamar mandi.
2.      Inkontinensia fungsional berhubungan dengan :
a.    Kerusakan mobilitas.
b.    Hambatan lingkungan.
c.    Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia).
3.      Inkontinensia refleks berhubungan dengan :
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis.
4.      Inkontinensia stress berhubungan dengan :
a.         Penurunan tonus otot (pada lansia)
b.         Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital. 
5.      Inkonteninsia total berhubungan dengan :
a.         Defisit komunikasi/persepsi. 
6.      Inkontinensia dorongan berhubungan dengan :’
a.       Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
b.      Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkhohol dll.
7.      Retensi urine berhubungan dengan :
a.         Adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur, BPH, dll.
b.         Strss/ketidaknyamanan.
8.      Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.

C.       Perencanaan Keperawatan.
Tujuan :
1.         Memahami arti eliminasi urine.
2.         embantu mengosongkan kandung kemih secara penuh.
3.         Mencegah infeksi.
4.         Mempertahankan integritas kulit.
5.         Memberi rasa nyaman.
6.         Mengembalikan fungsi kandung kemih.
7.         Memberikan asupan cairan secara cepat.
8.         Mencegah kerusakan kulit.
9.         Memulihkan self esteem/ mencegah tekanan emosional.
Rencana Tindakan :
1.         Monitor / observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retursi dan inkontinensia.
2.         Kurangi faktor yang memengaruhi masalah.
3.         Monitor terus perubahan retensi urine.
4.         Lakukan kateterisasi.
  
D.      Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan.
1.         Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan.
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-beda, maka pengambilan/pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya.
2.         Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal.
Menolong buang kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar kecil sendiri di kamar kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
3.         Melakukan kateterisasi.
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan.
4.         Menggubakan kondom kateter.
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih.cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih danmempertahankannya.

E.       Evaluasi Keperawatan.
1.         Miksi secara normal,ditunjukan dengan kemampuan pasien berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat kompresi pada kandung kemih, /kateter.
2.         Menggosaokan kandung kemih, ditunjukan dengan berkurangnya distensi,  volume urine residu dan lancarnya kepatenan drainase.
3.         Mencegah infeksi ,ditunjukan dengan tidak adanya tanda infeksi,tidak ditemukan adanya disurya, urginsi, frekuensi, rasa terbakar.
4.         Mempertahankan intregitas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit sekitar uriterostomi kering.
5.         Melakukan bladden training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal, yang dilaksanakan pada tanggal      15‑17 Juni 2016. Asuhan Keperawatan ini di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnose   keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A.      PENGKAJIAN
        Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2016
        Nomor Register      : 627622
        Diagnosa Medis      : Batu Ginjal.
        Tanggal Masuk       : 13 Juni 2016

1 . IDENTITAS KLIEN
Nama                               : Tn. B
Umur                               : 44 tahun
Jenis Kelamin                  : Laki-laki
Tingkat Pendidikan         : SMA
Pekerjaan                         : Swasta
Agama                             : Islam
Suku Bangsa                    : Indonesia
Status Perkawinan           : Menikah
Alamat                             : Jl. Warakas No.4
Sumber Biaya                  : BPJS
Sumber Informasi            : Klien dankeluarga.

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN
1.      Kesehatan Saat Ini
a.       Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b.      Kronologis Keluhan :
5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat, akhirnya keluarga klien di bawah ke RSUD KOJA. 
1.      Faktor pencetus       :kekurangan minum air putih
2.      Timbulnya keluhan : Mendadak
3.      Lamanya                 : 5 hari.
4.      Upaya mengatasi     : Dibawa ke rumah sakit.

2.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
a.       Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) :
Tidak Ada.
b.      Riwayat Kecelakaan :
Tidak Ada.
c.       Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan dan berapa lama) :
Tidak Ada. 
d.      Riwayat pemakaian obat :
Tidak ada

4.      Riwayat Psikososial dan Spiritual 
a.       Adakah orang yang terdekat dengan pasien : Istri
b.      Interaksi dalam keluarga
1.      Pola komunikasi      : terbuka
2.      Pembuat keputusan : Istri
3.      Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak Ada
c.       Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak ada
d.      Mekanisme koping terhadap penyakitnya : Tidur
e.       Masalah yangvmempengaruhi pasien : tidak ada
f.       Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
1.      hal yang difikirkan saat ini : ingin cepat sembuh.
2.      Harapan setelah menjalani perawatan : ingin segera kumpul bersama keluarga.
g.      Tugas perkembangan menurut usia saat ini : menikah.
h.      Sistem nilai kepercayaan
1.  nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan saat ini : tidak ada
2. aktivitas agama kepercayaan yang dilakukan : tidak ada

5.      Kondisi lingkungan rumah 
Padat penduduk.

6.      Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit 
a.    Pola Nutrisi 
a.       Frekwensi makan : 3x sehari
b.      Nafsu makan : baik
c.       Jenis makanan dirumah : nasi dan lauk pauk
d.      Makanan yang tidak disukai : tidak ada.
e.       Kebiasaan sebelum makan : berdoa.

b.      Pola eliminasi 
1.      BAK
a.       Frekwensi : 7-8 x/hari
b.      Warna : kuning jernih
c.       Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2.      BAB
a.       Frekwensi : 2-3 x/hari
b.      Warna : kecoklatan
c.       Bau : khas
d.      Konsistensi : lembek
e.       Keluhan : tidak ada
f.       Pencahar : tidak ada.

C.       Pola Personal Hygiene
1.      Mandi
a.       frekwensi : 2x sehari
b.      waktu : pagi dan sore
c.       sabun : Ya

2.      Oral Hygiene :
a.       frekwensi : 2x sehari
b.      waktu : pagi dan sore
c.       pasta gigi : Ya

3.      Cuci Rambut 
a.       Frekwensi : 1x sehari
b.      Waktu : sore hari
c.       Shampo : Ya

4.      Pola istirahat dan tidur 
a.       Lamanya tidur : 7-8 jam/hari
b.      Tidur siang : Ya

5.      Pola Aktivitas dan Latihan
a.       kegiatan dalam pekerjaan : tidak ada
b.      waktu bekerja : pagi
c.       olahraga : tidak
d.      jenisnya : tidak ada 
e.       frekwensi : tidak ada.
f.       Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh.

6.      Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan 
a.       Merokok : Ya
1.      Frekwensi : 5 x sehari
2.      Jumlah : 1 bungkus 2 hari
3.      Lama pemakaian : sudah lama

b.      Minuman Keras : tidak
1.      frekwensi : tidak ada
2.      jumlah : tidak ada
3.      lama pemakaian : tidak ada

7.      Pola kebiasaan dirumah sakit 
a.       Pola nutrisi 
1.      Frekwensi : 3x sehari
2.      Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 153cm

b.      Pola personal hygiene 
1.      Mandi 
a.       Frekwensi : 1x sehari (dilap saja)
b.      Waktu : pagi
c.       Sabun : tidak

2.      Oral hygiene :
Frekwensi : tidak ada
Waktu : tidak ada
Pasta gigi : tidak ada

c.       Pola istirahat dan Tidur
1.      Lamanya tidur : 8-10 jam perhari
2.      Tidur siang : Ya
3.      Pola aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh

C.    PENGKAJIAN FISIK 
1.      Kepala
a.       Bentuk : simetris
b.      Keluhan : tidak ada

2.      Mata 
a.       Posisi mata : simetris
b.      Kelopak mata : normal
c.       Pergerakan bola mata : normal
d.      Konjungtiva normal
e.       Kornea : normal 
f.       Sklera : normal
g.      Pupil : isokor
h.      Otot-otot mata : normal
i.        Fungsi penglihatan : baik
j.        Tanda-tanda radang : tidak ada
k.      Pemakaian kaca mata : tidak ada
l.        Pemakaian lensa kotak : tidak ada

3.      Hidung
a.       Reaksi alergi : tidak ada
b.      Cara mengatasi : tidak ada
c.       Pernah mengalami flu : pernah
d.      Ada sinus : tidak ada

4.      Telinga 
a.       Daun telinga : normal
b.      Karakteristik serumen : tidak ada
c.       Kondisi telinga : normal
d.      Cairan dalam telinga : tidak ada
e.       Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f.       Tinitus : tidak ada
g.      Fungsi pendengaran : normal 
h.      Bantu pendengaran : tidak ada

5.      Mulut dan tenggorokan 
a.       Keadaan mulut
1.      Gigi : caries
2.      Penggunaan gigi palsu ; tidak ada
3.      Stomatitis : tidak ada
4.      Lidah kotor : Ya
5.      Salifa : tidak 
b.      Gangguan berbicara : tidak ada
c.       Kesulitan menelan : tidak ada
d.      Pemeriksaan gigi terakhir : tidak ada

6.         Pernafasan.
a.       Jalan nafas : bersih
b.      Pernafasan : tidak sesak 
c.       Menggunakan alat bantu nafas : tidak
d.      Frekwensi : tidak ada
e.       Irama : teratur 
f.       Kedalaman dalam
g.      Batuk : tidak
h.      Sputum : tidak ada
i.        Konsistensi : tidak ada
j.        Terdapat darah : tidak ada
k.      Suara nafas : normal

7.         Sirkulasi
a.       Sirkulasi perifer
1.      Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2.      Tekanan Darah :140/90 mmHg
3.      Temperatur kulit : dingin
4.      Warna kulit : pucat
5.      Pengisian kapiler : 2/detik

b.      Sirkulasi jantung
1.      Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2.      Irama : teratur
3.      Sakit dada : tidak ada

8.         Sistem Hematologi 
a.       Hb : 13 Gr/dl 
b.      Ht : 23,1 vol%
c.       Leukosit : tidak ada
d.      Hematokrit : 23,1%
e.       Trombosit : 249 Ribu/ul
f.       Mengeluh kesakitan : tidak ada

9.      Neurologis
a.       Tingkat kesadaran : Compos mentis
b.      Orientasi :
1.      Waktu : Klien mengenal waktu.
2.      Tempat : Klien mengenal tempat.
3.      Orang : Kien mengenal orang
c.       Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d.      Riwayat kejang : tidak ada
e.       Kekuatan menggenggam : kuat
f.       Pergerakan ekstremitas : aktif

10.  Abdomen dan Nutrisi 
a.       Muntah : tidak ada
b.      Mual : tidak ada
c.       Nafsu makan : baik
d.      Nyeri daerah perut : Ya.
e.       Rasa penuh di perut : Ya.
f.       Karakteristik nyeri : kiri bawah.
g.      Hepar : tidak teraba 
h.      Abdomen : baik
i.        Bising usus : 10x/menit

9.      Eliminasi 
a.         BAB
1.    Frekwensi : 1x sehari
2.    Diare : tidak ada
3.    Warna feces : coklat
4.    Konsistensi feces : setengah padat
5.    Konstipasi : tidak ada.

b.      BAK 
1.    Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2.    Jumlah/24 jam : 400 ml
3.    Warna : kuning pekat
4.    Distensi : tidak ada

10.  Kulit
a.       Turgor kulit : elastis/baik
b.      Warna kulit : normal.
c.       Keadaan kulit : baik
d.      Keadaan rambut 
1.        Tekstur : baik
2.        Kebersihan : Ya

13.  Muskuloskeletal 
a.         Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b.         Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c.         Fraktur : tidak ada
d.        Kelainan bentuk tulang sendi : normal 

14.  Sistem kelemahan tubuh
a.         Suhu tubuh : 36,5 derajat Celcius
b.         BB sebelum sakit : 54 kg
c.         BB setelah sakit : 54 kg
d.        Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada 

15.  Penatalaksanaan
No.
Nama Obat
Dosis
Untuk diagnosa
Jam pemberian
Cara pemberian
1.
Ketorolac 
2x30mg
Rasa nyaman: nyeri
11.00 wib dan 23.00 wib
Injeksi IV
2.
Batugin
2x30mg
Eliminasi      urine
11.00 wib dan 23.00 wib
Injeksi IV
3.
Rl
20 tpm

14.00
Infusan
4.
Natrium Bikarbonat
2x30mg
Eliminasi Urine
11.00 dan 23.00 wib
Injeksi IV


5.
Tamsulosin
1x0,4mg
Eliminasi urine
08.00 wib
Obat Oral
6.

Aspirin 
3x500mg
Rasa nyaman nyeri 
08.00, 13.00, 17.00 wib
Obat Oral


RESUME 
Tn. B berumur 44th datang ke IGD RSUD. Koja diantar oleh keluarganya pada tanggal 15 Juni 2016 pada pukul 11.05 wib dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul. Selanjutnya klien di periksa oleh tenaga medis dan dilakukan tindakan memasang infus ke pasien.Klien dinyatakan terdiagnosa penyakit batu ginjal. Kemudian klien dipindahkan ke ruang perawatan lantai 8 Blok D pada pukul 13.05 wib. Pada tanggal 15 Juni 2016 saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya sampai penis. Klien mengatakan nyerinya sejak 5 hari yang lalu. Klien mengatakan kurang minum. Klien mengatakan sakit saat buang air kecil. 
TTV klien TD :140/90mmHg.
      Suhu : 36,5 oC, 
      RR: 22x/menit.
      Nadi  : 90x/menit.

Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine dan gangguan personal hygiene. Klien terpasang infus RL 500ml 20 t/m.


DATA FOKUS 
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

No
Data Subyektif
Data Obyektif
1
1.      Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
2.      Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.
3.      Kien mengatakan nyerinya dari pinggang sebelah kiri menjalar sampai daerah penis.
4.      Klien mengatakan nyerinya seperti dililit
5.      Klien mengatakan lemas. 
6.      Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
7.      Klie mengatakan kurang minum.
8.      Klien mengatakan sakit saat buang air kecil.
9.      Klien mengatakan urinnya berwana kuning pekat.
10.  Klien mengatakan selama dirawat belum mandi. (hanya dilap)
11.  Klien mengatakan badannya gatal
12.  Klien mengatakan badannya lesuh.
13.  Klien mengatakan tidak pernah sikat gigi selama dirawat dirumah sakit.
14.  Klien mengatakan tidak cuci rambut selama dirawat.

1.      Klien tampak memegangi perutnya
2.      Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.
3.      Klien tampak meringis kesakitan.
4.      Klien tampak lemas. 
5.      Klien tampak minum sedikit.
6.      Klien tampak sakit saat miksi.
7.      Urine klien tampak berwarna kuning dan jernih
8.      Klien tampak belum mandi selama dirawat.
9.      Klien tampak lesuh.
10.  Badan klien teraba lengket.
11.  Klien terpasang infus RL 20t/m 500ml.
12.  TTV Klien :
 TD    : 140/90 mmHg.
              Nadi  : 90x/menit.       
              RR    : 22x/menit.
              Suhu : 36,5 derajat celcius.
13.  Klien terlihat terpasang infus RL 20t/m 500ml.
14.  Klien tampak giginya terlihat tidak segar.

15.  Balance Cairan 
Intake : 
Infus    : 500 cc
Minum : 600 cc
Makan : 400 cc  +
                1500 cc
Output   : 
Urine     : 400 cc
BAB      : 50 cc
Keringat :50 cc
IWL      : 810 cc   +
                1310 cc
Balance Cairan = Intake – Output
                          = 1500cc-1310cc
                           = 190 cc



ANALISA DATA 
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
No
Tanggal
Data
Masalah
Etiologi
1. 

























2.







15 Juni 2016
























15 Juni 2016


DS :
1.      Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
2.      Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.
3.      Kien mengatakan nyerinya dari pinggang sebelah kiri menjalar sampai daerah penis.
4.      Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

DO :
1. Klien tampak memegangi   perutnya
2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur 
    dengan skala nyeri.
3. Klien tampak meringis kesakitan.
1.    Klien tampak lemas.
2.     TTV Klien :
 TD   : 140/90mmHg.
              Nadi  : 90x/menit.       
              RR    : 22x/menit.
              Suhu : 36,5◦ᴄ.



DS :
1. Klien mengatakan lemas. 
2. Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
3. Klien mengatakan kurang minum.
4. Klien mengatakan sakit saat buang air kecil.
5.    Klien mengatakan urinnya berwana kuning pekat

DO :
1. Klien tampak lemas. 
2. Klien tampak minum sedikit.
3. klien tampak sakit saat buang air   kecil.
4. Urine klien tampak berwarna
  kuning pekat.
5. Klien tampak lemas  
6. Balance Cairan
    Intake : 
          Infus    : 500 cc
          Minum : 600 cc
          Makan : 400 cc  +
     1500 cc
          Output   : 
          Urine     : 400 cc
          BAB      : 50 cc
          Keringat : 50 cc
           IWL      : 810 cc   +
       1310 cc 
IWL : (15XBB)  
            24 jam
        =  (15x54kg)
                24 jam
       =  33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam 
=  33,75 x 24 
= 810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
                          =1500cc-1310cc
                          = 190 cc
Gangguan rasa nyaman dan nyeri






















Perubahan
Eliminasi Urine
b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu





















b.d sumbatan di daerah uretral.


ANALISA DATA  
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal
  
No.
Tanggal
Data
Masalah
Etiologi
3.

15 Juni 2016
DS : 
1.      Klien mengatakan selama dirawat belum mandi (hanya dilap)
2.      Klien mengatakan badannya gatal.
3.      Klien mengatakan badannya lesuh.
4.      Klien mengatakan tidak mencuci rambut selama dirawat

DO:
1.      Klien tampak belum mandi selama dirawat.
2.      Klien tampak lesuh.
3.      Badan klien teraba lengket.
4.      Klien tampak tidak 
menggosok gigi selama dirawat di rumah sakit.
Personal Hygiene























Keterbatasan Fisik

















DIAGNOSA KEPERAWATAN 
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.


No.
Dx
Diagnosa
Tanggal Ditemukan
Tanggal Teratasi
Paraf
1.



2.


3.
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu

Perubahan eliminasi urine b.d sumbatan di daerah uretral

Personal Hygiene : (Mandi dan oral hygiene) b.d keterbatasan fisik
15 juni 2016



15 Juni 2016



15 Juni 2016
_



_



17 Juni 2016


 
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal


No
Dx
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.


































15 Juni 2016.























DS :
1.      Klien mengatakan nyeri pada daerah   perut
2.      Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.
3.      Kien mengatakan nyerinya dari pinggang sebelah kiri menjalar 
sampai daerah penis.
4.      Klien mengatakan nyerinya   seperti dililit.





DO :
1.    Klien tampak memegangi perutnya
2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.
3.Klien tampak meringis kesakitan.
4.  Klien tampak lemas.
5.      TTV Klien :
 TD   : 140/90mmHg.
 Nadi  : 90x/menit.                    
 RR    : 22x/menit.  Suhu : 36,5◦ᴄ.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. B selama 3x24 jam masalah Nyeri b.d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral teratasi :
1. Klien dapat menunjukkan rasa nyeri berkurang / hilang setelah
dilakukan asuhan keperawatan.
-       2. Klien tampak rileks.
   3.Skala nyeri klien berkurang yaitu 1.
-    4. Klien dapat dan istirahat























Mandiri :
1.Obs TTV klien.
1.            2. Kaji skala nyeri klien.
2)    3. Jelaskan   penyebab  nyeri klien.
  4. Berikan posisi yang nyaman.
Kolaborasi :
1. Berikan obat injeksi Ketorolac 30 mg
2. Berikan obat Aspirin 500 mg

4)        
















1. Untuk            mengetahui   TTV klien.
2. Untuk          mengetahui
   Skala nyeri      klien
berkurang     atau tidak
3. Membantu     klien agar     mengetahui      penyebab nyeri tersebut.
4. Membantu     klien agar    mendapatkan    posisi yang     nyaman.



RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No
Dx
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
2.






















Kamis,
16 Juni 2016
































DS :
1.      Klien mengatakan lemas. 
2.      Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
3.      Klien mengatakan kurang minum.
4.      Klien mengatakan sakit saat buang air kecil 
5.      Klien mengatakan urinnya      berwana          kuning pekat







DO :
1.      Klien tampak lemas. 
2.      Klien tampak minum sedikit.
3.      Klien tampak sakit saat buang air kecil
4.      Urine klien tampak            berwarna kuning pekat



Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. B selama 3x24 jam masalah
Perubahan eliminasi urine b.d stimulasi kandung kemih oleh batu
dapatteratasi
1. Menunjukkan pola  eliminasi urine      kembali normal. 
-     2.  Aliran urine lancar.
3.  Klien berkemih dengan jumlah normal dansepertibiasanya.











Mandiri :
1. Obs pemasukan   dan pengeluaran karakteristik urin.
2)  2. Tentukan pola             berkemih     normal         pasien.
 3. 3. Obs peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
 4.  Obs semua urin, catat adanya keluaran batu.
5)     

Kolaborasi :
1. Berikan injeksi Batugin 30 mg
2. Berikan injeksi Natrium Bikarbonat 30 mg










1. untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine klien
2. Agar mengetahui pola berkemih normal pasien
3. Untuk mengetahui peningkatan pemasukan cairan pada klien.
4. untuk mengetahui semua urine dan adanya pengeluaran batu atau tidak.
















RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

No
Dx
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
3.

















Jum`at,
17 Juni 2016


















DS :
1.      Klien mengatakan selama   dirawat belum mandi.
2.      Klien mengatakan badannya gatal.
3.      Klien mengatakan badannya lesuh.
4.      Klien mengatakan tidak mencuci rambut selama di rawat

DO:
1.      Klien tampak belum mandi selama dirawat.
2.      Klien tampak lesuh.
3.      Badan klien  teraba lengket.
4.      Klien tampak tidak menggosok gigi selama di rawat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. B selama 3x24 jam masalah gangguan personal hygiene berhubungan denganketerbatasan fisik
Dapat teratasi :
1.    Badan klien
 terlihat segar
2.    Klien tidak lesu lagi.
3.    Badan klien tidaklengket lagi.






1. Bantu klienmembersihkan diri.
2.  Kaji  
 Kemampuan
klien
Dalam melakukanperawatan diri.
3.  Beritahu
Klien tentang penkes kebersihan diri.






1. Agar badan
    Klien bersih
2. Untuk
Menentukan
bantuan yang akan dilakukan  oleh perawat.
3. Agar klien
tahu penting nya kebersihan diri bagi
tubuh.









IMPLEMENTASI
NamaKlien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
DiagnosaMedis    : Batu Ginjal.  

No. Dx
Hari/Tanggal
Implementasi
Paraf
1.
Rabu, 15 Juni 2016
10.00 wib










11.00 wib

13.00 wib

Kamis,
16 Juni 2016
10.00 wib











11.00 wib


13.00 wib


Jum`at,
17 Juni 2016
10.0    Wib











11.00 wib


13.00 wib
Mandiri :
1.   Mengobservasi  TTV klien.
R :
     TD : 140/90 mmHg.
     Nadi  : 90x/menit.
     RR    : 22x/menit.
     Suhu : 36,5 derajat celcius.
1.    Mengkaji skala nyeri klien.
R: Nyeri klien masih 3 jika diukur dengan skala nyeri.
2.    Memberikan posisi yang nyaman
R : klien tampak nyaman dengan posisinya.   

Kolaborasi :
1.   Memberikan obat injeksi Ketorolac 30 mg

2.   Memberikan obat Aspirin 500 mg

Mandiri :
1.   Mengobservasi TTV klien.
R :
     TD : 140/90 mmHg.
     Nadi  : 92x/menit.
     RR    : 22x/menit.
       Suhu : 36 derajatcelcius.
2.   Mengkaji skala nyeri klien.
R: Nyeri klien di skala 2 jika di ukur dengan skala
nyeri.
3.    Berikan posisi yang nyaman
R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman. 

Kolaborasi :   
1.        Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg
R : Klien sudah diberikan obat.

1.        Memberikan obat Aspirin 500mg
R : Klien sudah diberikan obat.

Mandiri :
1. Mengobservasi TTV klien.
     R :
    TD : 130/80 mmHg.
    Nadi  : 90x/menit.
     RR    : 22x/menit.
      Suhu  : 36,5 derajatcelcius.
2. Mengkaji skala nyeri klien.
R : Nyeri klien di skala 1 jika di ukur dengan skala nyeri.
3. Memberikan posisi yang nyaman
    R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman.

Kolaborasi :
1.   Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg
R : Klien tampak sudah diberikan obat

1.    Memberikan obat Aspirin 500mg
R : Klien tampak sudah di berikan obat

  

 
IMPLEMENTASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx
Hari/Tanggal
Implementasi
Paraf
2.
Rabu,
15 Juni 2016
10.00 wib



































11.00 wib





Kamis,
16 Juni 2016
10.00 wib




































11.00 wib






Jum`at,
17 Juni 2016
10.00 wib































11.00 wib
Mandiri :
1. Mengobservasi  pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.
R : klien tampak mau di observasi urinenya.
r
2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
R :klien tampak mau untuk peningkatan cairan perhari 
3-4  liter.
3. Menghitung balance cairan
    Intake : 
          Infus    : 500 cc
          Minum : 600 cc
          Makan : 400 cc  +
     1500 cc
          Output   : 
          Urine     : 400 cc
          BAB      : 50 cc
          Keringat : 50 cc
           IWL      : 810 cc   +
       1310 cc 

IWL : (15XBB)  
            24 jam
        =  (15x54kg)
                24 jam
       =  33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24    
                                          = 810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
                          =1500cc-1310cc
                                  = 190 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.
R :klien tampak mau dilihat urinnya, dan belum ada batu
     yang keluar.

Kolaborasi :
1.        Memberikan injeksi Batugin 30mg.
R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2.        Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg.
R : Klien tampak sudah diberikan obat.

Mandiri :
1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.
R :klien tampak mau di observasi urinenya.
r
2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
   R : klien tampak masih tidak mau untuk peningkatan 
      Cairan perhari 3-4 liter.



3. Menghitung balance cairan.
 R : Intake : 
          Infus    : 500 cc
          Minum : 600 cc
          Makan : 400 cc  +
     1500 cc
          Output   : 
          Urine     : 450 cc
          BAB      : 50 cc
          Keringat : 50 cc
           IWL      : 810 cc   +
       1360 cc 
IWL : (15XBB)  
            24 jam
        =  (15x54kg)
                24 jam
       =  33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24     
                                         =   810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
                          =1500cc-1360cc
                                  = 140 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.
R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.

Kolaborasi :
1.    Memberikan injeksi Batugin 30mg
R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2.    Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg
R : Klien tampak sudah diberikan obat.

Mandiri :
1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin.
R : klien tampak mau di observasi urinenya.
r
2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4 liter/hari.
R : klientampakmauuntukpeningkatancairanperhari 3-4 liter.
3.    Menghitung balance cairan
R :Intake : 
          Infus    : 500 cc
          Minum : 600 cc
          Makan : 400 cc  +
     1500 cc
          Output   : 
          Urine     : 440 cc
          BAB      : 50 cc
          Keringat : 50 cc
           IWL      : 810 cc   +
       1350 cc 
IWL : (15XBB)  
            24 jam
        =  (15x54kg)
                24 jam
       =  33,75 cc/24 jam
Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24 = 810cc/24jam
Balance Cairan = Intake –Output
                          =1500cc-1350cc
                                            = 150 cc
4.  Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.
R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu yang keluar.
Kolaborasi :
1.      Memberikan injeksi Batugin 30 mg.
R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2.      Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30 mg.
R : Klien tampak sudah diberikan obat.




IMPLEMENTASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal.

No Dx.
Hari/Tanggal
Implementasi
Paraf
3.
Rabu,
15 Juni 2016
10.00 wib










Kamis,
16 Juni 2016
10.00 wib









Jum`at,
17 Juni 2016
10.00 wib
Mandiri :
1. Membantu klien membersihkan diri.
R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

3.      Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan 
diri.
R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan
      diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.
R : klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu 
      tentang penkes kebersihan diri.

Mandiri :
1. Membantu klien membersihkan diri.
R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan
 diri.
R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.
R : klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu 
      tentang penkes kebersihan diri.
Mandiri :
1. Membantu klien membersihkan diri.
R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan   diri.
R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan
      diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.
R : klien tampak mau mendengarkan saatdiberitahu 
      tentang penkes kebersihan diri.





EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No Dx
Hari/Tanggal
Evaluasi
Paraf
1.
Rabu, 15 Juni 2016












Kamis, 16 Juni 2016









Jum`at, 17 Juni 2016
1.      Juni 2016
S : - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
     -Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.
- Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

O : - Klien tampak memegangi perutnya
      - Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.
      ‑ Klien tampak meringis kesakitan.
      ‑ Klien tampak lemas. 

A :Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P  : LanjutkanIntervensi


S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri 
   menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.
      - klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.

S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
 menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.
      - klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.



 
EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx
Hari/Tanggal
Evaluasi
Paraf
2.
Rabu, 15 Juni 2016












Kamis, 16 Juni 2016








Jum`at, 
17 Juni 2016
S : - Klien mengatakan lemas. 
     - Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
     - Klien mengatakan sakit saat buang air kecil
     - Klien mengatakan urinnya berwana kuning pekat.

O : - Klien tampak lemas. 
      - Klien tampak minum sedikit.
      ‑ Klien tampak kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.


S : - Klien mengatakan sakit saat miksi.
     - Klien mengatakan urinnya berwana kuning dan jernih.

O : ‑ Klien tampak kesakitan saat miksi.
      - Urine klien tampak berwarna kuning dan jernih.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

S : - Klien mengatakan lemas. 
     - Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
     - Klien mengatakan sakit saat miksi.

O : - Klien tampak lemas. 
      - Klien tampak minum sedikit.
      ‑ Klien tampak kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.





EVALUASI

Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx
Hari/Tanggal
Evaluasi
Paraf
3.
Rabu, 15 Juni 2016












Kamis, 16 Juni 2016









Jum`at, 
17 Juni 2016
S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.
     - Klien mengatakan badannya gatal.
     - Klien mengatakan badannya lesuh.
     - Klien mengatakan tidak cuci rambut selama di rawat

O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.
      - Klien tampak lesuh.
      - Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : pertahankan Intervensi.


S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.
     - Klien mengatakan badannya gatal.
     - Klien mengatakan badannya lesuh.

O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.
      - Klien tampak lesuh.
      - Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi
S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.
     - Klien mengatakan badannya gatal.
     - Klien mengatakan badannya lesuh.

O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.
      - Klien tampak lesuh.
      - Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi






BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal di ruangan 805 Lantai 8 RSUD Koja Jakarta Utara. Maka bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksaan keperawatan dan evaluasi.
A.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses kepeawatan yang dilakukan dimana penulisan berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psikososial dan spritual. Hasil dari pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang pemeriksaan fisik, membaca catatan medis dan catatan perawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Penyebab eliminasi urine dengan gangguan batu ginjal disebabkan oleh kurangnya minum.
Faktor pendukung adalah dimana klien dan keluarga klien sangat koperatif, adapun faktor penghambat adalah kurangnya buku referensi yang tersedia dan alternatif permasalahan adalah lebih sring lagi untuk membaca buku referensi-referensi yang lain.

B.     Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan terhadap kesenjangan antara teori dan kasus jika pada teori terhadap 8 diagnosa keperawatan yaitu:
1.  Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan saluran kemih akibat anomaly saluran urinaria.
2.      Inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan mobilitas.
3.     Inkontinensia refleks berhubungan dengan gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis.
4.      Inkontinensia stress berhubungan dengan penurunan tonus otot (pada lansia)
5.      Inkonteninsia total berhubungan dengan defisit komunikasi/persepsi.
6.      Inkontinensia dorongan berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan dll.
7.     Retensi urine berhubungan dengan adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur
8.      Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.

Sedangkan pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu: diagnosa pertama: Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap iritasi batu, kedua: Perubahan eliminasi urine b.d sumbatan di daerah uretral, ketiga: personal hygiene yang berhubungan dengan keterbatan fisik. Ada 7 diagnosa secara teori yang tidak ditemukan pada kasus. Karena pada kasus tidak ditemukan tidak ada data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut. Sedangkan ada 2 diagnosa yang diangkat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu diagnosa Gangguan Rasa Nyaman Nyeri dan diagnosa Personal Hygiene. Penulis dapat mengangkat diagnose tersebut karena penulis dapat menemukan data-data yang menunjang untuk diagnose tersebut.

C.    Intervensi / Perencanaan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan maka perlu penetapan rencana keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.Kegiatan perencanaan ini meliputi : memperioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.
perumusan tujun pada asuhan keperawatan berdasarkan pada merode SMART (spesifik, measurable, asureble, reality dan time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi dengan tindakan keperawatan. 
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus penulis berusaha memperiotaskan berdasarkan kebutuhan menurut maslow. Intervensi yang dilakukan sesuai pada teori pada waktu pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang seharusnya perencanaan waktu melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
Kriteria hasil yang ada pada tujuan perencanaan, ketika hari terakir pelaksaan belum terpenuhi dikarenakan keterbatasan waktu, keterbatasan perawat.
 Penulisan menemukan faktor penghambat dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan karena kurangnya faktor pendukung buku referensi untuk menetapkan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan teori.

D.    Impementasi / Pelaksanaan 
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari rencana tindakan yang telah disusun.Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk serta tindakan yang diberikan kepada klien.
Melakukan tindakan keperawatan penggunaan tiga tahap yaitu independent, dependent dan interpendent.Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa penunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan yang lainnya. Dependen adalah tindakan yang sehubung dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Interpendent adalah tindak keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja samadengan tenaga kesehatan yang lain, misalnya tenaga social, ahli gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomator. 
Dari beberapa perencanaan keperawatan yang sudah direncanakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul sudah tercapai.

E.     Evaluasi
Ada tahap evauasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai kebersihan pemberian asuhan keperawatan.
Apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep pada diagnosa pertama : gangguan  rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan inflamasi sekunder terhadap iritasi batu, kedua : sumbatan di daerah uretral  berhubung dengan eliminasi urine. Ketiga resiko personal hygine yang berhubungan dengan keterbatasan fisik.
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dengan keluarga klien cukup kooperatif.Faktor penghambat adalah kurangnya buku referensi yang tersedia, alternatif permasalahan adalah lebih giat dalam mencari buku referensi dan lebih giat lagi membaca.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
Setelah penulis membahas bab demi bab (Bab I sampai V) secara keseluruhan mengenai asuhan keperawatan pada Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal dari segi tinjauan teoritas maupun kasus, maka Bab V penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
Pada tahap pengkajian eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra. Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls rangsangan melalui medulla spinalis keneuromotoris di daerah sacral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasiotot sfingter internal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu : diet dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pembedahan, dan pengobatan.

B.     Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1.      Untuk klien dan keluarga
Meningkatkan pada klien dan keluarga agar memperbanyak minum air putih
2.      Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang perkembangan kondisi klien serta tindakan yang telah dilakukan terhadap klien dan menindaklanjuti masalah yang belum teratasi
3.      Mahasiswa diharuskan untuk lebih memahami teori tentang Asuhan  keperawatn pada klien dengan gangguan eliminasi urine sehingga mampu melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien gangguan eliminasi urine




DAFTAR PUSTAKA


AlimulHidayat, A. Aziz. 2006. PengantarKebutuhanDasarManusia. Aplikasidan Proses Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC 


TarwotoWartonah, 2011. KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan.Edisi 5.Jakarta :SalembaMedika

1 komentar: